REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan meminta Gilead Sciences Inc agar mencukupi pasokan obat antivirus remdesivir untuk 5.000 lebih pasien Covid-19 dalam mengantisipasi potensi gelombang kedua infeksi, kata anggota dewan oposisi, Rabu (8/7).
Satu dari sedikit pengobatan yang menunjukkan perubahan kondisi Covid-19, remdesivir begitu diminati, namun ada kekhawatiran soal pasokan obat tersebut. Pasalnya Gilead mengalokasikan hampir semua pasokan ke Amerika Serikat hingga tiga bulan ke depan.
Korsel pekan lalu mencatat 33 pasien dengan kondisi parah, yang memenuhi syarat pemberian obat intravena tersebut. Pemberian remdesivir membantu mempersingkat waktu penyembuhan di rumah sakit dalam uji coba klinis.
Dalam sebuah surat bertanggal 3 Juni kepada Gilead, Korsel meminta dosis untuk 360 pasien yang sangat membutuhkan obat tersebut. Korsel juga meminta pasokan cukup untuk mengobati 5.000 pasien lainnya dalam mengantisipasi gelombang infeksi kedua. Disebutkan enam botol obat untuk masing-masing pasien.
Salinan surat itu diperlihatkan oleh anggota dewan Korsel Kang Gi-yun pada Rabu.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KCDC) menyebutkan pihaknya telah memperkirakan jumlah pasien yang kemungkinan kondisinya memburuk berdasarkan pengalaman Covid-19 mereka sejauh ini. "Kebutuhan itu bisa berubah," kata kepala KCDC Eun-kyeong saat konferensi pers.
Gilead Korea mengatakan kepada Reuters pada 3 Juni telah menerima sebuah surat namun tidak dapat membeberkan secara rinci karena bersifat rahasia. Korsel sedang bergulat dengan wabah Covid-19 yang kecil namun stabil, dengan 63 kasus baru pada Selasa, yang menambah jumlah kumulatif menjadi 13.244 kasus dengan 283 kematian.