REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Kepala Misi Dukungan PBB di Libya mengatakan ranjau darat yang ditanam oleh milisi pimpinan panglima pemberontak Khalifa Haftar telah membunuh dan melukai 138 warga sipil di selatan ibu kota Libya, Tripoli, dalam dua bulan terakhir.
"Penanaman tanpa pandang bulu oleh pasukan yang berafiliasi dengan [yang disebut] Pasukan Bersenjata Arab Libya di perangkat sipil, sejak akhir Mei dilaporkan membunuh dan melukai 81 warga sipil dan 57 warga sipil, termasuk pekerja pembersihan ranjau," kata Stephanie Williams dalam sebuah pernyataan, Selasa.
"Ini adalah potensi pelanggaran hukum internasional," tambah dia.
Williams menyuarakan kesedihan mendalam dan penyesalan atas kematian dua petugas pembersih ranjau di selatan Tripoli pada Senin. Menurut laporan, sejauh ini, 57 ledakan terjadi di wilayah tersebut akibat ranjau darat dan bahan peledak yang ditanam oleh pasukan Haftar.
Libya telah dirundung perang saudara sejak Muammar Khaddafi lengser dan wafat pada 2011. Pemerintah Libya kemudian didirikan pada 2015 di bawah perjanjian yang dipimpin oleh PBB, tetapi proses politik tak kunjung tercapai karena serangan pasukan Haftar.
Terlepas dari argumen tak berdasar dari panglima pemberontak Khalifa Haftar dan para pendukungnya, PBB mengakui pemerintah yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj. Pemerintah meluncurkan Operasi Badai Perdamaian terhadap Haftar pada Maret untuk melawan serangan di ibu kota dan baru-baru ini merebut kembali lokasi-lokasi strategis termasuk Tarhuna, benteng terakhir Haftar di Libya barat.
*Bassel Barakat berkontribusi pada berita ini dari Ankara