REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 yang sudah dinyatakan pandemi di Indonesia sejak awal Maret 2020, membuat perubahan dalam sejumlah hal. Sehingga, harus membuat institusi pelayanan publik berbenah.
Salah satunya dilakukan oleh BP Jamsostek. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, kewajiban physical distancing, dan social distancing, membuat BP Jamsostek membuat terobosan dalam pelayanannya.
"Saya kira dalam suasana keprihatinan di tengah pandemi covid-19, jangan dijadikan halangan. Tetapi, marilah kita gunakan sebagai momentum untuk berbenah dan berubah haluan untuk mengelola institusi. Ini menjadi kenormalan baru," kata Direktur Utama BP Jamsostek Agus Susanto saat menjadi pembicara di webinar bertajuk Pelayanan Tanpa Kontak Fisik BPJAMSOSTEK, Kamis (9/7).
Menurut Agus, saat ini ada beberapa tantangan dalam pelayanan publik. Yaitu, isu kesehatan di mana semua orang harus menerapkan protokol kesehatan dengan benar. Kemudian, soal kecepatan dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas institusi masing-masing.
"Saat ini memang sudah seharusnya berubah dan berbenah," kata Agus.
Menurut Agus, saat ini BP Jamsostek telah beradaptasi dengan memperkenalkan era baru pelayanan. Dan, sudah dimulai sejak awal-awal pandemi covid-19 di Indonesia yaitu pada Maret 2020 dengan menerapkan terobosan dalam pelayanan.
Salah satu kesiapan tersebut adalah dengan menerapkan protokol Layanan Tanpa Kontak Fisik (Lapak Asik) sejak Maret. Protokol ini dijalankan melalui kanal hibrid yaitu online, offline dan kolektif. Untuk kanal online, peserta mengajukan klaim dengan cara mengakses antrean.bpjsketenagakerjaan.go.id. Namun bagi peserta yang mengalami kendala saat menggunakan Lapak Asik online, BP Jamsostek juga membuka kanal offline yang tersedia di kantor cabang BP Jamsostek di seluruh Indonesia, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Agus juga menjelaskan soal metode one to many. Melalui metode tersebut, kemampuan penyelesaian klaim meningkat dan phsycial distancing tetap terealisasi. Hingga saat ini metode one to many telah diimplementasikan di hampir seluruh cabang BP Jamsostek, khususnya bagi kantor-kantor yang punya ruang memadai. Namun bagi kantor-kantor yang kecil, masih dilakukan dengan cara one to one dengan tetap memperhatikan physical distancing.
Yang terakhir adalah cara kolektif melalui kanal Lapak Asik kolektif. Fasilitas ini ditujukan kepada perusahaan skala besar maupun menengah yang terpaksa melakukan PHK kepada minimal 30 persen tenaga kerjanya. Dengan adanya klaim kolektif ini pihak perusahaan dapat mengakomodasi klaim seluruh karyawan yang ter-PHK dengan menunjuk satu orang perwakilan.
Yang menggembirakan, lanjut Agus, sistem ini dibangun secara internal oleh BP Jamsostek. Baik dari sisi infrastruktur, teknologi, dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM di BP Jamsostek.
"Sehingga ini bisa kita implementasikan di BP Jamsostek seluruh Indonesia, terutama di kantor-kantor yang besar," kata Agus.
Agus mengatakan, dirinya telah melihat melalui webinar, bagaimana pelayanan-pelayanan publik, terutama soal jaminan sosial di sejumlah negara. Meski di negara maju, tapi masih ditemukan layanan kontak fisik yang memunculkan antrean.
Artinya, meski di negara maju sekalipun yang memiliki teknologi canggih, tetapi jika tidak ada terobosan, maka sistem palayanannya tidak cocok diterapkan untuk situasi seperti sekarang ini. Karena itulah, Agus menilai, perlunya terobosan dan inovasi dalam pelayanan publik.
Ketua Dewan Pengawas BP Jamsostek, Guntur Witjaksono mengatakan, pelayanan publik di tengah pandemi covid-19 ini memang sedang menjadi tantangan. Meski ada anjuran untuk menghindari keramaian dan jarak sosial, tetapi peserta BP Jamsostek tetap ada yang datang ke kantor BP Jamsostek.
Dan, mereka juga berharap ada kenyamanan. Karena itulah, BP Jamsostek tetap harus melayani pesertanya dengan baik.
"Pelayanan merupakan refleksi jaminan sosial. Jika produknya baik tapi pelayanan jelek, bisa membuat image suatu lembaga bisa hancur. Tapi jika pelayanannya baik, maka produk dan programnya bisa dirasakan dengan baik oleh masyarakat," kata Guntur.
Karena itu, Guntur terus mendorong direksi BP Jamsostek untuk semaksimal mungkin memberikan pelayanan terbaik untuk peserta. "Itu rekomendasi kita," kata Guntur.
Direktur Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenaker Haiyani Rumondang mencatat sejumlah hal terkait dengan pelayanan BP Jamsostek di masa pandemi covid-19. Pertama, adalah soal sosialisasi.
Yaitu, menjadi tantangan bagi kantor-kantor cabang BP Jamsostek untuk menyosialisasikan sistem pelayanan baru ini kepada peserta. Kemudian, yang lebih penting adalah adanya evaluasi.
BP Jamsostek harus membuat semacam survei kepada peserta yang telah menggunakan layanan baru ini. "Apakah peserta puas. Dengan ini kepuasan peserta dan sistem baru pelayanan bisa terlihat sukses atau tidaknya secara terukur," kata Haiyani.
Selanjutnya, BP Jamsostek diharap untuk selalu update teknologinya terkait sistem pelayanan baru ini agar tidak ketinggalan. "Inovasi harus selalu dilakukan," kata Haiyani.
Namun, Haiyani tetap mengapresiasi sistem layanan baru BP Jamsostek ini. "Saya salut dengan inovasi BP Jamsostek," kata Haiyani.