REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pertemuan pertama mereka. Ia mengatakan Trump memperlakukan Meksiko dengan hormat walaupun ia pernah mengancam meningkatkan tarif dan menghina Meksiko.
Pemimpin Meksiko itu melakukan lawatan pertamanya ke Gedung Putih. Ia dan Trump menyampaikan pandangan positif dalam sambutan mereka, menutupi perbedaan kedua pemimpin itu dalam terutama dalam isu perdagangan, narkoba, dan imigrasi.
"Apa yang paling saya apresiasi Anda tidak pernah mencoba untuk memberlakukan apapun terhadap kami yang melanggar atau merusak kedaulatan kami," kata Lopez Obrador dalam bahasa Spanyol, Kamis (9/7).
Pidato sambutan itu disampaikan di Rose Garden, Gedung Putih sebelum Lopez Obrador dan Trump menandatangani deklarasi bersama. Gedung Putih mengatakan sebelum bertemu dengan Trump seluruh delegasi Meksiko termasuk Lopez Obrador menjalani tes virus corona.
"Anda tidak pernah memperlakukan kami sebagai koloni, saya di sini untuk mengatakan pada rakyat Amerika Serikat, presiden Anda memperlakukan kami dengan hormat dan kebaikan," kata Lopez Obrador.
Demi kehati-hatian Trump tidak menjabat tangan Lopez Obrador saat presiden Meksiko itu tiba di Gedung Putih. Dalam pertemuan itu, keduanya tidak menggunakan masker.
Tidak ada tanda-tanda kemajuan nyata dalam isu-isu seperti anti-narkoba dan upaya Lopez Obrador menegosiasikan ulang kontrak infrastruktur pembangkit listrik senilai miliaran dolar. Keduanya menandatangani deklarasi dimulai kesepakatan Amerika-Meksiko-Kanada.
Perjanjian yang mulai berlaku pada 1 Juli lalu menggantikkan perjanjian North American Free Trade Agreement. Perjanjian yang dicerca oleh Trump.
"(Tiga negara berkomitmen) untuk berbagi kemakmuran, keamanan, dan harmoni di masa depan," kata Trump.
Trump mengungkapkan candaan hubungan baiknya dengan Lopez Obrador yang berasal dari sayap kiri 'mungkin sebuah keganjilan'. Kritikus menilai Trump menggunakan kunjungan Lopez Obrador untuk menarik simpati Hispanik dalam pemilihan presiden bulan November mendatang.