REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pertemuan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dianggap bermotif politik. Kritikus menilai Trump menggunakan kunjungan ini untuk menarik simpati warga Hispanik menjelang pemilihan presiden November mendatang.
Lopez Obrador tidak dijadwalkan bertemu dengan mantan wakil presiden Joe Biden, lawan Trump dalam pemilihan presiden. Sementara jajak pendapat menunjukkan lebih banyak warga Hispanik di AS yang mendukung Biden dibandingkan Trump.
"Bagi seseorang yang mengatakan tidak akan mencampuri pemilu Amerika Serikat, ia (Lopez Obrador) baru saja melakukan itu," kata mantan Duta Besar AS untuk Meksiko Arturo Sarukhan, Kamis (9/7).
Dalam pertemuan tersebut Lopez Obrador memuji Trump walaupun presiden AS itu pernah mengancam dan menghina Meksiko. Sarukhan mengatakan pernyataan Lopez Obrador tentang Trump menghormati Meksiko akan 'benar-benar mengejutkan' para imigran.
Namun anggota Kongres Meksiko dari Partai National Regeneration Movement (MORENA) yang dipimpin Lopez Obrador, Porfirio Munoz Ledo mengatakan lawatan ini membuatnya mengakui kemampuan diplomatik Lopez Obrador. Ledo kerap mengkritik pemerintahan partainya sendiri.
"Ini patut dicontoh," kata Ledo sambil menambahkan Trump memperlakukan tamunya dengan hormat, bertentangan dengan harapan para kritikusnya.
Di Meksiko Lopez Obrador dikritik karena melakukan kunjungan tersebut. Banyak masyarakat Meksiko yang tidak menyukai Trump karena pengusaha real estate tersebut kerap menghina negara mereka.
Dalam kampanyenya tahun 2016 lalu, Trump menggambarkan imigran dari Meksiko sebagai pemerkosa dan pengedar narkoba. Ia juga berjanji meminta Meksiko membayar tembok yang ia rencanakan.
Pada Mei 2019, Trump mengancam akan menaikan tarif pada Meksiko untuk mengurangi jumlah imigran gelap masuk AS. Ia hanya mundur setelah Lopez Obrador setuju mengerahkan pasukan keamanan dan langkah-langkah lainnya untuk menahan gelombang imigran dari Amerika Tengah.