REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Selama pandemi, tatanan ekonomi yang berbasis kapatilis liberalis banyak menjadi sorotan. Menurut Pengusaha Sandiaga Uno, saat ini muncul fenomena sosial inovasi berbasis islamic social finance. Karena, perbankan yang ada saat ini hanya bisa menyentuh 20 sampai 30 persen usaha mikro. Hal ini, sangat rendah padahal pembiayaan seharusnya bisa menyetuh usaha mikro dan kecil.
"Saat pandemi ini, UMKM sedang kesulitan akses dana kemudian muncul renternir, tak berkeadilan padahal orang lagi susah. Nah, solusinya dengan konsep bank islam berbasis komunitas," ujar Sandiaga, di webinar yang digelar Unisba dengan tema “Sosialisasi Perkembangan Riset Hibah Penelitian Khusus Covid-19 Kategori Sosial”, Kamis (9/7).
Sandiaga Salahuddin Uno sendiri, mengangkat materi “Kiat Mengoptimalkan Peluang Bisnis di Tengah Krisis Ekonomi”.
Sandiaga menyarankan, hasil pengumpulan infak dari komunitas pengajian bisa dikelola dengan profesional. Jadi, sistem pengelolaan keungannya berbasis komunitas.
"Selain silaturahim, mengelola dana infak. Ini returnnya biasanya akan baik Jd pengelolaanya cukup baik," katanya.
Pendekatannya, kata dia, kekeluargaan karena pengurusnya anggotanya itu sendiri. "Saya berharap kalau ini bisa banyak dikembangkan di masyarakat bisa menyelesaikan masalah berkaitan dengan krisis keuangan bagi UMKM," katanya.
Sandiaga pun, menceritakan awal dirinya menjadi pengusaha yang berawal karena di PHK dan kehilangan pekerjaan. Namun, semuanya berujung berkah. Karena, dari usahanya ia bisa membuka lapangan kerja.
"Dimulai dari PHK, saya bisa menciptakan lapangan kerja," katanya.
Sandiaga pun, memberikan strategi pada UMKM agar bisa menghadapi pandemi. Yakni, UMKM harus beradaptasi dengan perubahan mendasar dengan strategi yang baru. Kedua, Pengetatan pengelolaan keuangan UMKM tunda pembayaran pembiayaan dan percepat pengelolaan uang.
Kemudian, kata dia, lakukan modifikasi produk dengan melihat kebutuhan konsumen. Terakhir, UMKM harus melakukan digitalisasi secara masif untuk mendorong adaptasi revolusi industri.
"Kunci bertahan di tengah pandemi ini, bersilaturahim benar-benar akan memberikan rezeki. Karena semua harus berkolaborasi dan bergandengan tangan," katanya.
Menurut Salah seorang peneliti, Aan Julia, yang mengangkat penelitian tentang Respon Ekonomi Pekerja Sektor Informal di Desa versus Kota di Jawa Barat Terhadap Pandemi COVID-19, berdasarkan penelitiannya, penjualan makanan di kota besar sangat gencar. Karena, hampir semua memanfaatkan peluang untuk mengambil usaha apa pun dengan memanfaatkan pengiriman online.
"Di kota besar, lebih mudah untuk pemasaran online. Jadi, warung dan usaha makanan bisa berkembang. Seharusnya di desa harus ada yang memfasilitasi mereka dalam hal pemasaran," katanya.
Para peneliti, mempresentasikan perkembangan riset di bidang sosial dengan yakni Yadi Supriadi dengan tema Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat dalam Mencegah Kepanikan Warga Terkait Berita dan Informasi Mengenai Covid-19, Nunung Nurhayati dengan tema Perancangan Sterilizer Gloves Sebagai Wearable Device dalam Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19, Ade Mahmud dengan tema Model Karantina Kesehatan dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Untuk Memutus Rantai Penularan Virus Corona
Sementara menurut Ketua LPPM Unisba, Prof. Dr. Atie Rachmiatie, M.Si., kegiatan sosialisasi ini terselenggara untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa civitas akademika Unisba peduli dan bergerak cepat dalam merespons sesuatu yang terjadi dan berkembang dimasyarakat khususnya perkembangan Covid-19.
Menurutnya, upaya ini sesuai dengan visi Unisba menjadi Perguruan Tinggi Islam yang mandiri, maju, dan terkemuka di Asia. Selain itu, kegiatan ini juga sesuai dengan salah satu misi Unisba yaitu melaksanakan penelitian yang kemanfaatannya dirasakan secara langsung oleh masyarakat.