REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Sejak akhir Juni 2020 lalu, sebagian wilayah Jawa Tengah bagian selatan sudah masuk musim kemarau. Namun hingga kini, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, terkadang masih mengguyur beberapa wilayah.
Hal ini diakui prakirawan cuaca Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan. Dia menyebutkan, kondisi temperatur udara yang pada musim kemarau biasanya terasa lebih kering, saat ini masih terasa lembab. ''Hal ini terjadi karena musim kemarau tahun 2020 ini, masuk dalam kategori kemarau basah,'' jelasnya, Kamis (9/7).
Dia menyebutkan, dalam kondisi kemarau basah, hujan dengan intensitas sedang hingga ringan, terkadang masih turun. Bahkan dia menyatakan, dibanding kemarau tahun lalu, musim kemarau tahun 2020 diperkirakan akan berlangsung lebih singkat.
''Musim kemarau tahun ini diperkirakan hanya akan berlangsung 4 sampai dengan 4,5 bulan. Dengan awal kemarau pada akhir Juni 2020, musim hujan kemungkinan sudah akan berlangsung pada akhir Oktober hingga pertengahan November 2020,'' katanya.
Meski demikian dia menyatakan, pihak BMKG masih terus melakukan pengamatan terkait perkembangan cuaca dan musim. Terutama mengenai kondisi kemarau yang sedang berlangsung. Dengan perkiraan kemarau basah, Rendi juga memperkirakan, kondisi kekeringan di berbagai wilayah tidak akan terlalu berat.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy, juga menyampaikan harapan agar bencana kekeringan yang terjadi tahun ini, tidak seberat tahun 2019. ''Semoga saja kekeringan tahun ini tidak berlangsung lama, sehingga warga tidak sampai mengalami kesulitan air bersih,'' jelasnya.
Meski demikian dia menyatakan, menjelang musim kemarau ini, pihaknya sudah memetakan wilayah mana saja yang rawan kekeringan. Data itu diperoleh dari bencana kekeringan yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. ''Kami juga sudah menyiapkan alokasi bantuan air bersih sebanyak 500 tangki jika dibutuhkan,'' katanya.