REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Ekspor ubi jalar dari Indonesia per tahunnya cukup besar mencapai 15-18 ribu ton per tahun. Bahkan di masa pandemi ini mengalami tren kenaikan.
''Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) adalah salah satu komoditi asli Indonesia yang ditanam menyebar di seluruh Indonesia,'' ujar Ketua Umum Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia (Asapuji), Ahmed Joe Hara kepada Republika, Kamis (9/7). Tanaman itu banyak di tanam di lahan yang luas sebagai sebuah usaha pertanian atau ditanam di lahan-lahan kecil pekarangan rumah sebagai pengisi lahan kosong dan dikonsumsi sendiri.
Disamping itu lanjut Ahmed Joe Hara, Ubi Jalar juga merupakan tanaman komoditi ekspor. Tercatat ekspor Ubi Jalar Indonesia sekitar 15 ribu hingga 18 ribu ton per tahun dalam bentuk berbagai makanan olahan maupun Ubi Jalar dalam keadaan fresh.
Terbukti ungkap Ahmed, dalam masa Covid-19 penjualan Ubi Jalar tidak mengalami penurunan dilihat dari permintaan lokal maupun permintaan ekspor. Di mana aktifitas kegiatan petani Ubi Jalar dan jumlah lahan tanaman Ubi Jalar tidak berkurang, malah cenderung bertambah luas tepat di saat Indonesia mengalami pandemi.
Ahmed mengatakan, peningkatan penjualan Ubi Jalar terjadi karena semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya nutrisi bagi kesehatan tubuh yang menuntut kualitas konsumsi makanan yang berkualitas, alami, non hewani dan kemudahan pengolahan. Di sana Ubi Jalar menjadi salah satu alternatif sumber makanan yang memenuhi syarat karena kekayaan nutrisi dan vitamin yang terkandung pada Ubi Jalar.
Untuk lebih meningkatkan pengelolaan usaha ekonomi, sistem distribusi, perluasan penanaman dan koordinasi serta konsolidasi bisnis saat ini telah dibentuk sebuah asosiasi sebagai organisasi profesi petani Ubi Jalar yakni Asapuji. Organisasi ini didirikan pada bulan Maret lalu melalui Musyawarah Nasional yang difasilitasi oleh Dirjen Tanaman Pangan.
Ahmed Joe Hara mengatakan, Asapuji pada dasarnya memiliki tiga program utama yaitu pertama, meningkatkan penjualan ekspor dan domestik dalam bentuk berbagai produk olahan untuk mencapai kesejahteraan anggota serta mendapatkan multiplier ekonomi effect kepada masyarakat sekitar di sentra-sentra penanaman. Kedua mewujudkan kedaulatan pangan dimana Ubi Jalar menjadi tanaman pangan alternatif non beras yang berkualitas tinggi yang dapat disimpan tahan lama setelah diolah terlebih dahulu dan ketiga adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan skala usaha agrobisnis Ubi Jalar.
Program kerja Asapuji saat ini kata Ahmed, tahap pertama adalah perluasan lahan penanaman dan pemuliaan benih terutama untuk varietas-varietas ekspor, seperti Cilembu, Beniazuma dan Ubi Ungu. Kedua adalah promosi dan publikasi secara lebih intensif untuk meningkatkan permintaan pasar baik ekspor maupun domestik.
Ketiga adalah pemasangan mesin-mesin produksi pati Ubi Jalar, mesin pembuat pasta siap konsumsi, mesin moulding dan ekstruder untuk semakin memperkaya bermacam produk olahan, disamping itu pemasangan mesin-mesin produksi ini akan menjadi penyangga ekonomi petani disaat adanya penurunan permintaan. Dalam mewujudkan visi misinya, Asapuji siap untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, tentunya saat ini adalah pemerintah cq Kementerian Pertanian yang paling banyak memberikan support.
Akan tetapi Asapuji juga membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri dalam tatanan bisnis yang adil dan saling menguntungkan. Asapuji sedang memprogramkan pendekatan produk olahan Ubi Jalar kepada masyarakat umum
Sehingga sambung Ahmed, Ubi Jalar menjadi makanan pengganti nasi. Di mana Ubi Jalar dalam bentuk olahan akan sangat mudah didapatkan di kios-kios atau minimarket yang sangat dekat dengan masyarakat, siap santap dengan hanya membuka kemasan dan dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Program ini diharapkan dapat memberikan peningkatan penghasilan bagi petani Ubi Jalar secara akseleratif yang pada akhirnya akan banyak menyerap tenaga kerja.