REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Balai Arkeologi Maluku berupaya meningkatkan produk penelitian. Dengan begitu diharapkan produk penelitian dapat dinikmati masyarakat luas di Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
"Kita berupaya meningkatkan produk hasil penelitian. Jika selama ini hasil penelitian berupa artikel maupun tulisan yang terbit di jurnal ilmiah, maka kita berupaya dalam bentuk buku ilmiah populer," kata Kepala Balai Arkeologi Maluku, Bambang Sugiyanto, di Ambon, Kamis (9/7).
Ia mengatakan pada 2020 Balai Arkeologi Maluku memasuki usia ke-25 tahun. Pihaknya mencoba untuk menerbitkan buku ilmiah populer 25 tahun Balai Arkeologi, yakni apa saja yang telah dilakukan melalui karya penelitian.
"Para peneliti akan menuliskan dalam buku ilmiah apa saja yang telah kita lakukan selama 25 tahun ini, baik itu bidang kolonial, sejarah, tradisi juga megalitik," katanya.
Bambang berharap, dengan buku 25 tahun Balai Arkeologi, membuat masyarakat Maluku dan Maluku Utara mengetahui apa saja yang telah dilakukan selama ini. Pihaknya juga berencana membuat buku tentang Pulau Seram pada 2021 dan akan diikuti dengan kabupaten serta kota lain di Maluku dan Maluku Utara.
"Setelah buku tentang Pulau Seram, kita lanjutkan dengan Pulau Buru, Tidore, Ternate, dan lainnya. Semuanya terkait penelitian kita dari awal balai ini hadir di Maluku dan Maluku Utara," kata dia.
Dia mengatakan artikel atau jurnal ilmiah yang diterbitkan masih bersifat akademis dan menjadi bahan konsumsi akademis, seperti dosen dan peneliti. Sedangkan masyarakat umum atau pihak pemerintah mungkin kurang memahami .
Oleh karean itu, katanya, tuntutannya selain menyampaikan informasi melalui media yang ilmiah, tetapi perlu juga media nonilmiah yang populer.
"Sehingga apa yang disampaikan dapat langsung dibaca dan dimengerti masyarakat," katanya.