Jumat 10 Jul 2020 14:46 WIB

Gelombang Kedua Mengancam, Pakar Ingatkan Pembukaan Wisata

Tak hanya soal protokol kesehatan, destinasi wisata harus siap dengan biayanya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Wisatawan mengunjungi kawasan Pantai Kuta, Badung, Bali, Kamis (9/7/2020). Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata, Azril Azahari mewanti-wanti pemerintah soal rencana pembukaan kembali destinasi pariwisata di sejumlah wilayah.
Foto: ANTARA/FIKRI YUSUF
Wisatawan mengunjungi kawasan Pantai Kuta, Badung, Bali, Kamis (9/7/2020). Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata, Azril Azahari mewanti-wanti pemerintah soal rencana pembukaan kembali destinasi pariwisata di sejumlah wilayah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah positif Covid-19 terus meningkat. Rekor penambahan positif terbesar terjadi pada Kamis (9/7) yang mencapai 2.657 orang. Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata, Azril Azahari mewanti-wanti pemerintah soal rencana pembukaan kembali destinasi pariwisata di sejumlah wilayah.

"Tentu sangat kurang tepat kalau terburu-buru. Harus persiapkan dulu kesiapan destinasinya, hotelnya, transportasinya. Dan, jangan hanya protokol kesehatan, tapi biaya protokol itu sendiri," kata Azril kepada Republika.co.id, Jumat (10/7).

Baca Juga

Azril mengatakan, jika didalami, protokol kesehatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sudah cukup bagus dan lengkap. Hanya saja, ia mengungkapkan bahwa masih terdapat sejumlah masalah untuk menerapkan protokol tersebut.

Salah satunya terkait biaya pelatihan para pekerja parekraf untuk menerapkan protokol serta fasilitas-fasilitas keamanan kesehatan. Hal itu, kata Azril, seluruh biayanya dibebankan kepada industri yang justru lebih besar daripada pendapatan dari kunjungan wisatawan.

"Protokol harus benar diterapkan, bukan hanya secara tertulis. Siapa yang mendanai protokol itu?" katanya.

Ia mencontohkan, sejumlah daerah beberapa ada yang mengambil langkah inisiatif positif. Seperti misalnya Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang sudah menegaskan akan membiayai seluruh kebutuhan protokol kesehatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur juga mengambil langkah yang sama.

Kebijakan itu, menurut Azril, baru bisa memberikan jalan keluar untuk pembukaan kembali destinasi wisata dengan tujuan memulihkan kembali sektor ekonomi yang lumpuh. Sebab, tanpa pelaksanaan protokol yang ketat dan sesuai, justru memberikan bahaya terhadap kemungkinan terjadinya gelombang kedua Covid-19. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement