REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, mulai menghadirkan ribuan santrinya kembali ke pondok pada awal Agustus 2020. Pengurus pesantren menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Sekretaris PPMI Assalaam, Arkanudin Budianto, menjelaskan, protokol kesehatan yang diterapkan antara lain, santri wajib menjalani uji cepat (rapid test) di daerah asal dan pembatasan jumlah pengantar. PPMI Assalaam memiliki perwakilan daerah berupa majelis pendidikan pesantren (MPP) dan Ikatan Alumni Mahad Assalaam (Ikmas).
Sehingga diharapkan saat kembali ke pondok santri mau bergabung dengan rombongan dari dua organisasi tersebut. Selanjutnya, setelah sampai di pondok, dilakukan screening, ada fasilitas disinfektan untuk kendaraan pribadi.
"Masih ada dokumen yang harus dilengkapi, santri harus karantina mandiri 14 hari sebelum kembali ke pondok, ada tes kesehatan, harus ada surat izin dari orang tua. Kalau orang tua dengan pertimbangan tertentu misalnya di daerah zona merah, kami tetap bisa lakukan pola daring," terang Arkanudin kepada wartawan, Rabu (8/7).
Selain itu, pengurus pondok menyediakan fasilitas cuci tangan, disinfektan, dan menyusun protokol kesehatan di kelas, masjid, ruang makan, dan sebagainya.
Dia menyebut, pembelanjaran di PPMI Assalaam sudah dilakukan sejak awal Juli secara daring. Bahkan, akhir Juni sudah dilakukan orientasi siswa baru secara daring.
Namun, ada hal-hal tertentu di pesantren yang tidak bisa dilakukan secara daring. Misalnya, pengenalan lingkungan pesantren, dan bertemu dengan kiai. Hal itu akan dilakukan dengan protokol kesehatan ketat setelah santri sampai di pondok. Santri di daerah tertentu boleh daring sampai kondisi normal.
"Awal Agustus itu nanti secara bertahap. Kalau dulu kan satu hari semua santri datang bersamaan. Kalau syarat-syarat tadi tidak dipenuhi mereka tidak boleh datang kesini. Misalnya memiliki riwayat sakit, itu tidak boleh," imbuhnya.
Saat ini, PPMI Assalaam memiliki total santri mencapai 2.150 orang, termasuk 350 santri baru. Mereka berasal dari lima negara dan 34 provinsi di Indonesia. Lima negara tersebut yakni, Belanda, Kuwait, Qatar, Malaysia, dan Thailand. Santri paling banyak berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan daerah luar Jawa paling banyak dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.