REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Babilonia bukan nama yang asing bagi ahli sejarah. Babilonia adalah nama sebuah kota bahkan negeri yang terletak di selatan Mesopotamia (sekarang Irak), di wilayah Sumeria dan Akkadia. Sebuah nama negeri dengan ibu kota, Babel.
Kota ini telah dikenal sejak dahulu kala (1696-1654 SM). Bahkan, ia telah ada sebelum zaman Nabi Ibrahim AS. Ketika itu, Nabi Ibrahim AS pernah bermusuhan dengan seorang raja asal Babilonia yang bernama Namrudz.
Karena kekesalannya terhadap Nabi Ibrahim, Namrudz pun membakarnya ke dalam sebuah api. Namun, Allah SWT akhirnya menyelamatkan Ibrahim dengan memerintahkan api tersebut agar menjadi dingin (QS al-Anbiyaa [21]: 69). Ibrahim sendiri dibakar di Kota Urfa atau Sanliurfa, Turki.
Diterangkan, bahwa Babel pertama kali disebut dalam sebuah tablet dari masa pemerintahan Sargon dari Akkadia sejak abad ke-23 SM (2300). Setelah itu, berdiri Kekaisaran Neobabilonia.
Raja Namrudz (diperkirakan hidup tahun 2275-1943 SM) pernah memerintahkan pembangunan sebuah menara yang sangat tinggi di kota Babel, yakni Menara Babel (Tower of Babel) sebelum masa Nebuchadnezar II. Namrudz juga terkenal sebagai seorang pemburu yang hebat. Karena itu pula, Namrudz atau Nimrod dijuluki sebagai The Mighty Hunter karena keahliannya dalam berburu. Selain itu, Namrudz dari Babilonia ini juga dijuluki sebagai Dewa Bachus atau Dewa Matahari.
Sindrom Menara Babel itu pula, menurut para sejarawan, merasuki Nebuchadnezzar II, yakni dengan membangun Taman Gantung dan Menara Babel di kompleks istananya. Ia membangun kompleks istana begitu megah yang sekarang sisa-sisanya masih bisa dilihat dan memerintahnya dengan tangan besi. Kota Babilonia selama masa pemerintahan Nebuchadnezzar II (605-562 SM), kota Babilonia mencapai puncak keemasannya.