REPUBLIKA.CO.ID, Kisah kesedihan Nabi Ya’qub karena kabar kehilangan putranya, Yusuf, membuatnya sakit parah, bahkan sempat kehilangan penglihatannya. Larut dalam kesedihan yang akan menyebabkan sakitnya makin parah dan dapat membuat dirinya meninggal.
Namun, kesedihan Nabi Ya'kub berubah menjadi sukacita tatkala dirinya mengetahui Yusuf dan Benyamin masih ada. Dia pun ingin segera bertemu dengan kedua anaknya itu.
Mata Nabi Ya'kub yang semula buta dapat kembali pulih usai wajahnya diusap dengan baju Nabi Yusuf AS. Kesem buhan Nabi Ya'kub itu dilukiskan dalam firman Allah, surat Yusuf ayat 96:
فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيرُ أَلْقَاهُ عَلَىٰ وَجْهِهِ فَارْتَدَّ بَصِيرًا ۖ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Ya'kub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Ya'kub) berkata, 'Bukankah telah aku katakan kepadamu bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Kisah di atas memberikan berbagai hikmah. Di antaranya kondisi kejiwaan seseorang dapat berkaitan dengan kesehatan fisiknya. Kesedihan Nabi Ya'kub yang amat sangat akibat kehilangan putra yang sangat dicintainya. Apalagi, ketika Benyamin juga tertahan oleh otoritas Mesir. Kejadian itu mengingatkannya pada hilangnya Nabi Yusuf. Sejak saat itu, tubuh Nabi Ya'kub kian rapuh. Matanya pun menjadi buta.
Keadaan sebaliknya terjadi ketika kebahagiaan datang kepadanya. Rasa bahagia itu timbul lantaran dirinya dapat segera bersua kembali dengan anak yang amat dirindukannya. Matanya yang sudah sekian lama buta kembali pulih dan dapat melihat.
Apa yang dialami Nabi Ya'kub dalam dunia psikologi medis dikenal dengan psikosomatik atau somatisasi. Psikosomatik adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan kelemahan atau penyakit fisik. Semua itu dipicu pikiran-pikiran negatif, seperti stres, depresi, kekecewaan, atau kecemasan.
Efek parah ikutannya adalah menyebabkan kebutaan, baik yang bersifat sementara maupun permanen. Pada kasus Nabi Ya'kub yang sudah renta di atas, ada kemungkinan beliau menderita diabetes melitis (DM), dan mungkin saja kebutaannya baru bersifat sementara.
Pada akhir cerita, Nabi Yusuf memerintahkan saudara-saudaranya untuk membawakan baju gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya agar sang ayah bisa melihat kembali.
Begitu mencium baju Yusuf, beliau lega dan yakin bahwa Yusuf masih hidup. Oleh karena itu, secara psikis terjadilah relaksasi pada jiwa maupun fisik Nabi Ya'kub. Relaksasi kejiwaan inilah yang atas izin Allah menyebabkan kadar adrenalin dalam tubuhnya turun, sehingga hormon insulin bisa bekerja kembali. Hal ini akan menyebabkan penyakit DM-nya sembuh sehingga penglihatannya kembali normal.