Jumat 10 Jul 2020 21:09 WIB

Tradisi Pemberian Gelar yang Bertahan di Kesultanan Cirebon

Pemberian gelar masih bertahan turun temurun di Kesultanan Cirebon.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
 Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan pemberian gelar masih bertahan turun temurun di Kesultanan Cirebon.
Foto: Republika/Fuji E Permana
Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan pemberian gelar masih bertahan turun temurun di Kesultanan Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Kasultanan Kasepuhan Cirebon memiliki tradisi gelar yang digunakan untuk keluarga mereka. Tradisi itu berlaku secara turun temurun.

Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat, mencontohkan, pada waktu lahir, dia diberi gelar Elang Raja. Namun saat sudah menikah, gelarnya berubah menjadi Pangeran Raja. Gelar itu kembali berubah ketika dia dinobatkan sebagai calon pengganti Sultan Sepuh XIII.

Baca Juga

Saat itu, gelar yang disandang Sultan Arief bukan lagi Pangeran Raja, melainkan Pangeran Raja Adipati (PRA). Pemberian gelar tersebut diberikan pada acara penobatannya sebagai Putra Mahkota Keraton Kasepuhan pada 15 September 2001.

Setelah ayahandanya, yakni Sultan Sepuh XIII, wafat, Arief pun dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XIV. Sultan Sepuh XIII wafat pada 30 April 2010. “Gelar diberikan kepada keluarga dari turunan laki-laki,’’ terang Sultan Arief.

Sultan Arief menambahkan, di Cirebon biasa menggunakan gelar Elang dan Pangeran serta Ratu. Jika bapaknya Elang atau Pangeran, maka anaknya yang laki-laki bisa menyandang gelar Elang atau Pangeran. Sedangkan anaknya yang perempuan menyandang gelar Ratu.

Sedangkan untuk anak Sultan yang lahir dari permaisuri, maka gelar itu ditambah dengan kata ‘Raja’ menjadi, Elang Raja, Pangeran Raja dan Ratu Raja. Sedangkan jika lahir dari selir, tidak menyandang Raja tapi Mas, menjadi Elang Mas, Pangeran Mas dan Ratu Mas.

Sultan Arief menjelaskan, Kasultanan Kasepuhan Cirebon menganut nasab laki-laki. Karena itu, bagi anak yang lahir dari seseorang yang bergelar Ratu, sudah putus hak gelarnya. Mereka hanya diberi gelar Raden, baik untuk anak laki laki maupun anak perempuan.

‘’Itulah tradisi yang ada di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. Tradisi ini masih digunakan dalam pembuatan silsilah.

Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai penobatan putranya, yakni Pangeran Raja Luqman Zulkaedin sebagai putra mahkota, Sultan Arief mengaku belum melakukannya secara khusus. Namun, dia sempat menyerahkan anugerah calon penggantinya kepada Pangeran Raja Luqman dengan gelar Pangeran Raja Adipati, saat hendak menunaikan haji beberapa waktu yang lalu.

‘’Di depan  para wargi dalam acara selamatan ibadah haji, saya menyerahkan anugerah calon pengganti (kepada Luqman) dengan gelar Pangeran Raja Adipati,’’ tutur Sultan Arief.

Sultan Arief mengatakan, penyerahan anugerah calon penggantinya itu dilakukan untuk berjaga-jaga jikalau dirinya tidak kembali dalam ibadah haji saat itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement