Jumat 10 Jul 2020 21:21 WIB

Edhy Prabowo Ungkap Potensi Ekonomi Ikan Sidat

Sidat termasuk salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi,

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (ketiga kiri) bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (keempat kiri) memanen sidat di tambak budidaya sidat di Bomo, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (10/7/2020). Kunjungan kerja Menteri kelautan dan perikanan di Banyuwangi itu untuk meninjau proses pembesaran dan olahan sidat yang mampu diekspor ke 14 negara.
Foto: ANTARA/BUDI CANDRA SETYA
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (ketiga kiri) bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (keempat kiri) memanen sidat di tambak budidaya sidat di Bomo, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (10/7/2020). Kunjungan kerja Menteri kelautan dan perikanan di Banyuwangi itu untuk meninjau proses pembesaran dan olahan sidat yang mampu diekspor ke 14 negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo mengungkapkan potensi budidaya serta memanen ikan sidat yang terletak di Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Edhy menilai sidat termasuk salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, baik di pasar ekspor, maupun domestik. Sebagai gambaran, harga ikan sidat bisa mencapai Rp 500 ribu per kilogram (kg)

"Ada potensi besar yang bisa kita tingkatkan di salah satu industri perikanan kita, yaitu sidat, ini kita perkuat," ujar Edhy dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (10/7).

Kata Edhy, salah satu olahan sidat asal yang terkenal ialah unagi atau diasap. Bahkan, Edhy menyebut unagi produksi Indonesia tak kalah lezat dibanding negara lain. Dia berharap, pengelolaan budidaya sidat di daerah ini bisa terus dikembangkan dengan melibatkan masyarakat sekitar.

"Unagi Indonesia itu cukup mahal, paling mahal di antara unagi yang ada. Mudah-mudahan dengan adanya kunjungan ini kita terus bisa melihat langkah-langkah untuk meningkatkan produksi di budidayanya dengan melibatkan masyarakat," lanjut Edhy. 

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga mendorong budidaya ikan sidat dilakukan di daerah lain. Edhy mengaku siap membantu segala hal yang diperlukan, termasuk perizinan, pemasaran dan kemudahan-kemudahan lainnya bagi pelaku usaha dalam melakukan kegiatan. Terlebih sebagai ikan asli Indonesia, sidat tersebar di berbagai daerah, utamanya yang memiliki muara sungai. "Ini yang akan kita terus dorong seperti ini harus kita dukung," kata Edhy.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement