REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Sebuah penelitian baru telah menemukan solusi untuk pencegahan infeksi HIV. Suntikan obat investigatif cabotegravir setiap dua bulan disebut lebih efektif untuk mencegah HIV daripada pil oral setiap hari.
"Obat suntik cabotegravir tampak menjanjikan untuk pencegahan HIV," kata Dr Monica Gandhi, peneliti di University of California, San Francisco, AS kepada The New York Times, seperti dikutip laman Live Science.
Hal itu menjadi temuan penting dalam Konferensi AIDS Internasional ke-23, Rabu (8/7). Menurut organisasi Unaids, ada 1,7 juta diagnosis HIV baru di seluruh dunia pada tahun 2019 dan 38 juta orang hidup dengan HIV.
Ada 690 ribu kematian akibat AIDS pada 2019, tetapi kematian ini telah menurun 39 persen sejak 2010. Ini sebagian karena meningkatnya akses ke terapi antiretroviral serta obat-obatan yang dapat mencegah infeksi baru.
Saat ini, ada dua pil buatan perusahaan farmasi Gilead Sciences yang menjadi obat pencegahan HIV, yakni Truvada dan Descovy. Pil tersebut bersifat sebagai profilaksis sebelum ada pajanan (PrEP).
Ini berarti, orang memakainya untuk mencegah infeksi andaikan mereka terpajan HIV. Tantangannya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, pil PrEP harus diminum setiap hari untuk menjaga kadar obat dalam darah cukup tinggi untuk memblokir virus.
Minum pil PrEP setiap hari dapat mengurangi kemungkinan terkena HIV sekitar 99 persen. Akan tetapi, itu hanya manjur jika orang tetap menggunakannya sebagai rejimen harian.
Ketika dibandingkan dengan obat oral harian Truvada, injeksi cabotegravir setiap dua bulan tampak 66 persen lebih efektif untuk mencegah HIV. Di samping itu, dari segi biaya, obat oral juga lebih mahal sehingga dapat membuat orang terkendala untuk mengaksesnya secara rutin.
Hanya saja, penelitian ini belum dipublikasikan dalam jurnal. Studi ini melibatkan lebih dari 4.500 pria cisgender dan wanita transgender yang berhubungan seks dengan pria di 43 lokasi di seluruh dunia.
Cisgender mewakili orang yang rasa identitas pribadi dan jenis kelaminnya sesuai dengan jenis kelamin kelahiran mereka. Sebaliknya dengan transgender.
Ada juga penelitian yang sedang berlangsung yang mengamati efek dari cabotegravir yang dapat disuntikkan pada perempuan cisgender. Baik pil dan bentuk injeksi PrEP efektif.
Tingkat penularan HIV secara keseluruhan rendah, dengan 52 kasus di antara peserta. Tiga belas orang yang menerima suntikan tertular HIV, sementara 39 orang yang memakai pil setiap hari tertular HIV.
Obat belum disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) untuk pengobatan atau pencegahan HIV. Penelitian ini disponsori oleh National Institutes of Health.