Sabtu 11 Jul 2020 04:58 WIB

Setelah 35 Tahun Menyembah Api, Pria Ini Menjadi Mualaf

Seorang pria menjadi mualaf setelah menyembah api selama 35 tahun.

Rep: Imas Damayanti / Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
 Setelah 35 Tahun Menyembah Api, Pria Ini Menjadi Mualaf. Foto ilustrasi: Kobaran api
Foto: AP
Setelah 35 Tahun Menyembah Api, Pria Ini Menjadi Mualaf. Foto ilustrasi: Kobaran api

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pada zaman Malik bin Dinar ada dua orang bersaudara yang beragama Majusi. Kakaknya telah menyembah api selama 73 tahun, sedangkan adiknya telah menyembah api selama 35 tahun. Lalu adiknya berkata kepada kakaknya.

Benarkah api yang selama ini disembah da pat melindungi mereka dari marabahaya? Bukankah sudah berpuluh-puluh tahun mereka menghormatinya?

Baca Juga

Dalam buku Belajar Cinta dari Seeekor Burung Pipit yang ditulis oleh

Muhammad bin Abu Bakar Al Ushfuri, disebutkan percakapan keduanya dalam mencari Tuhan pun berlangsung, sang adik mengajak kakaknya untuk menguji api yang selama ini disembahnya sebagai Tuhan. Menurut dia, jika api itu menghormati mereka dengan tidak membakarnya.

Namun jika api tersebut membakarnya seperti kepada orang pada umumnya maka tidak perlu menyembahnya. Sang kakak pun menyetujui usulan adiknya itu.

Keduanya kemudian menyalakan api dan adiknya yang lebih dahulu meletakkan tangannya di atas api tersebut. Lalu adiknya meletakkan tangannya di atas api, maka terbakarlah jari-jarinya dan iapun mengeluh.

“Aduuuh! Hai api, aku telah menyembahmu selama 35 tahun, tetapi kamu masih menyakitan aku,"ujar adiknya.

Kemudian ia berkata kepada kakaknya untuk menyembah Allah SWT. Karena ketika dia berbuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya selama 500 tahun umpamanya, maka Dia tetap berkenan melewatkan siksaannya dan mau mengampuni dosa meski hanya taat selama satu jam dan memohon ampun sekali saja.

Kakaknya kemudian mengajak adiknya untuk mencari orang yang mau menunjukkan jalan yang benar dan mengajarkan agama Islam kepada mereka. Maka keduanya sepakat untuk pergi menjumpai Malik bin Dinar agar beliau menjelaskan agama Islam.

Keduanya terus berangkat mendatangi Malik bin Dinar, kebetulan keduanya dapat menjumpai beliau di pertengahan kota Bashrah yang sedang duduk dikerumuni orang banyak, beliau sedang mengajar dan menasehati mereka. Setelah keduanya melihat Malik bin Dinar, maka kakaknya berkata kepada adiknya.

“Terus terang saja aku tidak akan masuk islam. Sebab umurku telah terlampau banyak untuk menyembah api. Jadi kalau aku masuk islam dan kembali kepada agama Islam dan agama Muhammad, maka keluargaku dan tetanggaku pasti akan menegurku. Sedangkan aku lebih mencintai api daripada teguran mereka,"jelas kakak.

Adiknya pun melarang kakaknya untuk kembali menyembah api. Dia berusaha meyakinkan kakaknya teguran itu hanya bersifat sementara sedangkan api neraka lebih kekal. Namun kakaknya tidak mempedulikan saran adiknya.

Ternyata kakaknya pulang kembali dan tidak mau masuk islam. Akhirnya keduanya berpisah.

Adiknya beserta anak-anak dan istrinya lalu datang di majelis yang sering mendengarkan nasehat Malik bin Dinar. Mereka ikut duduk menunggu selesainya Malik bin Dinar mengajar.

Seusai beliau mengajar, lalu orang muda tadi berdiri di hadapan Malik bin Dinar sambil menceritakan keadaannya selama menyembah api dan meminta agar beliau memberikan petunjuk-petunjuk agama islam kepadanya beserta anak dan istrinya.

Malik bin Dinar memberikan petunjuk-petunjuk agama islam kepadanya. Akhirnya mereka memeluk agama islam.

Jamaah yang hadir di majlis kemudian menangis semuanya karena merasa senang dan terharu. Ketika ia akan pulang maka Malik bin Dinar berkata: “Engkau tetap di sini dulu akan saya mintakan derma dari sahabat-sahabatku untuk mencukupi kebutuhanmu sekeluarga.”

Pemuda tersebut menjawab bahwa dia tidak akan menjual agama dengan harta dunia. Kemudian dia dan keluarganya pergi ke tempat yang sepi. Kebetulan di situ ada rumah yang baru sekali dibangun, lalu ia tinggal di dalamnya.

Pada pagi harinya istrinya meminta suaminya untuk pergi ke pasar dan mencari pekerjaan. Sehingga dia bisa mendapatkan upah untuk membeli makanan. Ia lalu pergi ke pasar tetapi tidak ada seorangpun yang memberikan buruhan dan upah kepadanya.

Maka iapun berkata pada dirinya, kalau begini dia akan bekerja pada Allah. Ia lalu masuk masjid yang sudah tidak pernah dipergunakan berjamaah, ia terus sholat di dalamnya sampai malam.

Kemudian ia pulang ke rumahnya dengan tangan kosong tidak membawa apa-apa. Istrinya bertanya: “ Apakah hari ini engkau tidak memperoleh apa-apa?” Ia menjawab: “Hai istri, hari ini aku bekerja pada seorang raja, tetapi dia belum memberikan sesuatu kepadaku, semoga besok pagi dia akan memberi kepadaku.”

Jadi semalaman mereka kelaparan. Pagi harinya ia pergi lagi ke pasar. Tetapi juga tidak mendapat pekerjaan. Ia terus pergi ke masjid lagi dan melakukan sholat sampai malam karena Allah, kemudian ia pulang ke rumahnya juga dengan tangan kosong tidak membawa apa-apa.

Istrinya bertanya kepadanya hal yang sama. Namun jawaban suami kali ini berbeda. “ Hari ini aku bekerja kepada seorang raja seperti yang aku kerjakan kemarin, semoga dia akan memberikan upah besok pagi, yaitu hari jumat.”

Jadi anak dan istrinya tetap kelaparan. Setelah pagi yaitu hari Jumat ia pergi ke pasar lagi juga tidak memperoleh pekerjaan.

Maka ia terus ke masjid itu, lalu sholat dua rakaat, kemudian ia mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa: “Wahai Tuhanku, junjunganku dan kekasihku! Engkau benar-benar telah memuliakan aku dengan agama islam dan memakaikan mahkota padaku dengan mahkota islam serta memberikan petunjuk kepadaku dengan mahkota petunjuk. Maka dengan kemuliaan agama yang engkau limpahkan kepadaku, dan demi kemuliaan hari yang penuh berkah lagi mulia dan yang agung pangkatnya di sisi-Mu yaitu hari jumat, aku memohon kepadaMu semoga Engkau berkenan melenyapkan kesibukan belanja keluargaku dari hatiku, dan semoga Engkau berkenan melimpahkan rizki kepadaku yang tidak tersangka-sangka datangnya. Demi Allah, sesungguhnya aku ini malu terhadap keluargaku dan tanggunganku (istri dan anak-anakku) dan aku khawatir terhadap berubahnya tingkah mereka itu karena baru saja memeluk islam.”

Kemudian ia berdiri dan sibuk melakukan sholat dan ia sholat dua rakaat. Setelah tiba waktu pertengahan siang, seorang yang masih muda itu keluar untuk berjumatan, di mana anak-anaknya masih dalam keadaan sangat lapar.

Setelah ia pergi, tiba-tiba rumahnya didatangi tamu seorang laki-laki seraya mengetuk pintu. Istrinya lalu keluar, ternyata yang mengetuk pintu itu adalah seorang pemuda yang bagus rupanya, tangannya menggenggam uang emas yang dibungkus dengan sapu tangan.

Tamu itu lalu berkata padanya, "Ambillah bungkusan ini dan katakan kepada suamimu bahwa ini adalah upah kerjanya selama dua hari. Dan hendaklah ia menambah pekerjaannya, nanti upah juga akan saya tambah, terutama tambahan pekerjaan pada hari Jumat ini. Karena sesungguhnya amal sedikit pada hari Jumat ini menurut Raja Yang Maha Kuasa dianggap banyak,".

Wanita itu lalu mengambil bungkusannya, setelah dibuka ternyata berisi uang seribu dinar dan ia hanya mengambil satu dinar, lalu ia bawa kepada tukang real yang beragama Nasrani. Tukang real itu lalu menimbang uangnya, setiap satu mitsqal ternyata bobotnya bertambah dua mitsqal.

Setelah ia melihat capnya, ternyata bukan dinar dunia. Jadi tukang real itu tahu bahwa uang dinar itu merupakan hadiah dari akhirat. Maka ia bertanya kepada wanita itu, “ Dari mana engkau mendapatkan dinar ini?”

Lalu wanita tadi menceritakan semua pekerjaan yang dilakukan suaminya mulai awal sampai akhir. Setelah ia mendengarkan keterangan wanita tadi, lalu ia berkata kepadanya, “Tunjukkanlah kepadaku tentang Islam.”

Setelah dijelaskan, ia masuk islam dan memberikan uang sebesar seribu dirham kepada wanita itu seraya berkata, "uang seribu dirham ini engkau belanjakan untuk keluargamu, dan jika sudah habis beritahukanlah kepadaku.”

 

Maka setelah lelaki muda suami wanita itu selesai sholat lalu ia pulang dengan tangan kosong, dan ia membuka sapu tangannya dipenuhi dengan debu sambil berkata dalam hatinya, “kalau nanti istriku bertanya apa yang kubawa, akan kujawab membawa tepung.”

Setelah ia sampai di rumahnya, ia melihat lambaran yang sudah disediakan dan berbau makanan. Ia lalu meletakkan sapu tangan didekat pintu agar istrinya tidak tahu.

Kemudian ia berkata kepada istrinya tentang kejadian apa yang dilihat di rumah. Maka istrinya menceritakannya secara lengkap. Suaminya terus bersujud syukur kepada Allah.

Istrinya bertanya mengenai isi sapu tangan yang dibawanya, tetapi suaminya tidak menjawab dan langsung membuka sapu tangan tersebut. Isi sapu tangan yang sebelumnya diisi debu kini berubah menjadi tepung dengan izin Allah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement