REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengaku masih melakukan negosiasi dengan sejumlah negara untuk membuka akses wisata dengan konsep kerja sama travel bubble. Travel bubble merupakan koridor perjalanan lintas negara di tengah pandemi.
"Soal travel bubble, memang sekarang masih negosiasi dengan tiga negara. Sekarang Kemenlu yang mengurus berdasarkan masukan dari teman-teman di Kemenko Maritim dan Investasi dan Kemenparekraf," kata Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Maritim dan Investasi Odo RM Manuhutu dalam jumpa pers daring di Jakarta, Jumat (10/7).
Odo menjelaskan ide utama travel bubble adalah untuk menciptakan koridor perjalanan yang menjamin keamanan dan keselamatan wisatawan atau pebisnis dalam melakukan kunjungan di tengah pandemi.
Ia menambahkan, rencananya akhir Juli ini sudah ada perjanjian travel bubble yang disepakati. Namun, hal itu kembali lagi pada kondisi penurunan tingkat infeksi kasus Covid-19 di masing-masing titik.
"Menurut rencana sih seharusnya akhir Juli ini sudah dapat disepakati, tapi itu pun travel bubble baru bisa berjalan ketika ada penurunan tingkat infeksi Covid-19 di masing-masing titik, juga termasuk arahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Hari Sungkari mengatakan sampai saat ini seluruh dunia pun tengah melakukan negosiasi terkait travel bubble.
Oleh karena itu, langkah untuk menyasar wisatawan nusantara menjadi strategi utama untuk memulihkan sektor pariwisata. Namun, Hari menegaskan pemulihan pariwisata dengan membuka pintu bagi wisatawan nusantara pun harus dilakukan dengan penuh persiapan, tidak hanya sekadar promosi tapi juga memastikan protokol kesehatan berjalan.
Hari mengatakan dengan kondisi saat ini, target kunjungan wisatawan pun tidak akan bisa sama seperti tahun-tahun sebelumnya. "Kita baru akan normal wisatawan mancanegara itu 2024 atau 2025 sampai bisa mencapai seperti tahun lalu (16 juta kunjungan). Begitu pula wisatawan domestik mungkin bisa mencapai 300 juta itu kira-kira 2023. Memang butuh beberapa tahun maka wisatawan nusantara itu target utama karena tidak butuh travel bubble," katanya.