Sabtu 11 Jul 2020 12:04 WIB

Instagram Larang Konten yang Promosikan Terapi Konversi LGBT

Terapi konversi berkaitan dengan isentitas gender seseorang.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi  LGBT
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Instagram akan melarang konten apa pun yang mempromosikan apa yang disebut sebagai terapi konversi. Seperti yang dilansir dari CNN, Sabtu (11/7), terapi konversi adalah proses pseudo-ilmiah yang bisa mengubah seksualitas seseorang atau identitas gender pada LGBT.

Platform media sosial tersebut mengungkapkan pada Jumat (10/7), setelah aktivis meminta perusahaan untuk memblokir penyedia layanan terapi konversi secara daring. Praktik ini oleh asosiasi medis dianggap berbahaya. Namun, terapi ini legal di sebagian besar dunia, termasuk di Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Baca Juga

Instagram mengatakan akan memperluas kebijakan yang ada tentang pidato kebencian di seluruh dunia untuk memasukkan unggahan iklan atau promosi praktik terapi itu. Perusahaan itu mengikuti permintaan dari penggunaan untuk menghapus akun yang digunakan oleh promotor terapi konversi yang berbasis di Inggris, Core Issues.

“Kami tidak mengizinkan serangan terhadap orang berdasarkan orientasi seksual atau identitas gender dan memperbarui kebijakan kami untuk melarang promosi layanan terapi konversi," kata direktur kebijakan publik Instagram untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Tara Hopkins, dalam sebuah pernyataan.

“Kami telah menghapus konten yang melanggar dari @coreissuestrusttv. Kami selalu meninjau kebijakan kami, serta akan terus berkonsultasi dengan para ahli dan orang-orang dengan pengalaman pribadi untuk menginformasikan pendekatan kami,” ujarnya.

Platform ini juga akan berhenti merekomendasikan konten yang terkait dengan terapi konversi. Contohnya, konten-konten seperti kesaksian atas keberhasilan atau unggahan pujian atau dukungan pada praktek ini, kecuali dalam konteks legislatif.

Berisiko bunuh diri

Awal tahun ini, Instagram melarang iklan untuk proses terapi konversi. Penelitian menunjukkan mereka yang menjadi sasarannya atau yang memilih untuk mengalaminya, berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan bunuh diri.

Sejumlah negara bagian AS telah melarangnya. Jerman menjadi salah satu negara besar pertama yang melarangnya untuk anak di bawah umur pada Mei lalu.

Di Inggris, larangan total yang dijanjikan oleh Theresa May pada pertengahan 2018 belum terwujud dan belum dimasukkan dalam salah satu agenda legislatif Perdana Menteri Boris Johnson.

Bulan lalu, pakar independen PBB tentang orientasi seksual dan identitas gender menyerukan larangan global terhadap terapi konversi. Dia menyebut praktik tersebut "kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat."

Saat ini semakin banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Chili dan Meksiko, sedang meninjau undang-undang mereka. Brazil, Ekuador dan Malta memiliki larangan secara nasional untuk terapi konversi, sementara Jerman, pada bulan Mei, melarang praktik tersebut.

Langkah Instagram adalah "langkah ke arah yang benar, namun kami harus menunggu dan melihat tindakan seperti apa yang mereka ambil," ujar salah satu pendiri kelompok yang mengkampanyekan larangan terapi konversi, Harry Hitches.

Dalam sebuah survei global terhadap 1.641 orang yang selamat dari terapi konversi yang diterbitkan oleh PBB pada bulan Mei. Sebanyak 46 persen mengatakan para pelaku praktik terapi konversi menyebut diri mereka sebagai penyedia kesehatan medis dan mental, sementara 19 persen mengatakan mereka dari lembaga keagamaan dan dari pengobatan tradisional.

Bisi Alimi, aktivis LGBT+ Nigeria yang menjalani terapi konversi pada usia 16 tahun, menyambut baik larangan itu, namun mengatakan praktik tersebut telah "lama ada."

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement