REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi Universitas Nurul Jadid mengkaji pemikiran KH Zaini Munium tentang Trilogi dan Panca Kesadaran Santri (al-wa’iyyat al-Khamsah) dalam dikusi bulanan yang digelar secara daring, Sabtu (11/7). Diskusi ini menghadirkan dua Dosen Universitas Nurul Jadid sebagai pembicara, M Hasyim Syamhudi dan Muhammad Al-Fayyadl.
Ideologi yang ditanamkan Kiai Zaini kepada santrinya tersebut dikaji tidak hanya pada tataran ideologis saja, tapi juga pada tataran praktis. Dalam pemaparannya, Muhammad Al-Fayyadl mengatakan, pemikiran Kiai Zaini tersebut ideal bagi seorang muslim.
“Buat saya lima kesadaran itu, saya kira itu kesadaran ideal bagi muslim, karena itu mencerminkan hablum minallah dan hablum minannas,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Fayyadl tersebut, Sabtu (11/7) pagi.
Lima kesadaran santri yang dicetuskan Kiai Zaini Mun’im terebut adalah kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran berorganisasi, kesadaran bermasyarakat, dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Gagasan ini lahir dari nasihat-nasihat yang pernah disampaikan Kiai Zaini Mun’im, yang kemudian diakumulasikan oleh sejumlah kiai Pesantren Nurul Jadid.
Menurut Gus Fayyadl, substansi dari panca kesadaran itu sebenarnya sangat relevan untuk diterapkan oleh selain santri. “Pemikiran Kiai Zaini Muni’m mengenai panca kesadaran ini adalah kontribusi bagi pemkiran Islam secara umum,” ucap Alumnus Universite de Paris VIII Prancis ini.
Kiai Zaini Mun’im merupakan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Gus Fayyadls mengatakan, melalui pemikiranya ini Kiai Zaini Mun’im tidak rela jika santri Nurul Jadid hanya memikirkan dirinya sendiri, dan tidak berbuat sesuatu untuk masyarakat.
Menurut dia, santri Nurul Jadid juga harus memikirkan nasib kaum mustadafin, seperti kaum buruh, nelayan, dan petani.”Beliau tidak rela jika santrinya memikirkan dirinya saja, tapi lupa terhadap masyarakatnya,” kata alumnus Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.