Ahad 12 Jul 2020 01:22 WIB

Mendes Dianugerahi Gelar Doktor HC

Penganugerahan gelar ini dalam bidang manajemen pemberdayaan masyarakat.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Tangkapan layar dari akun resmi Youtube UNY, penganugerahan gelar doktor HC kepada Mendes-PDTT Abdul Halim Iskandar, Sabtu (11/7).
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Tangkapan layar dari akun resmi Youtube UNY, penganugerahan gelar doktor HC kepada Mendes-PDTT Abdul Halim Iskandar, Sabtu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menerima gelar doktor HC dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Sabtu (11/7). Penganugerahan gelar ini dalam bidang manajemen pemberdayaan masyarakat.

Rektor UNY, Sutrisna Wibawa mengucapkan selamat kepada Abdul dalam sambutannya yang disiarkan secara langsung di akun youtube resmi UNY. Ia menilai, jasa dan kontribusi Abdul dalam bidang manajemen pemberdayaan masyarakat patut diberi penghargaan.

"Di gedung inilah, Bapak Doktor HC Abdul Halim Iskandar M.Pd diwisuda S1 pada tahun 1987, dan di sini juga diwisuda sebagai doktor HC," kata Sutrisna mengawali sambutannya. 

Ia menilai, pihaknya bersama Kemendes-PDTT selama ini bersinergi untuk mengembangkan desa. Beberapa waktu lalu, ia bersama Abdul Halim menyampaikan filosofi 'desa yang kuat akan menguatkan Indonesia' kepada lurah seluruh Gunung Kidul.

"Seiring perkembangan waktu, tidak salah jika paradigma ini semakin penting, lebih-lebih di tengah pademi corona yang kita hadapi saat ini," kata dia lagi.

Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, Abdul Halim yang biasa disapa Gus Menteri menyebut membangun desa sama dengan membangun Indonesia. Ia beranggapan untuk mewujudkan Indonesia maju harus dimulai dari desa.

"Desa adalah sumber identifikasi masalah, kemiskinan terbesar ada di desa, penduduk dengan tingkat kesehatan rendah sebagian besar ada di desa, daya beli dan pendidikan yang rendah identik di desa," kata Abdul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement