Ahad 12 Jul 2020 07:07 WIB

Perang Saudara dalam Sejarah Dinasti-Dinasti Islam

Sejarah dinasti-dinasti Islam juga diwarnai perang saudara sesama Muslim

Rep: Syahrudin el-Fikri/ Red: Elba Damhuri
Suasana masyarakat dalam dinasti Ottoman.
Foto: wikipedia
Suasana masyarakat dalam dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Syahrudin el-Fikri

Perang saudara dan pertumpahan darah yang dilatarbelakangi oleh perebutan kekuasaan dapat pula kita temukan dalam catatan perjalanan dinasti-dinasti Islam setelah era Khulafar Rasyidun.

Mulai dari periode Bani Umayyah, Abbasiyah, hingga Turki Ottoman. Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari peperangan antarsesama Muslim pada pertengahan abad ke-8.

Konflik tersebut bermula ketika Abu Abbas as-Saffaḥ yang merupakan keturunan paman Nabi Muhammad SAW, Abbas bin Abdul Muthalib, melakukan perlawanan terhadap Bani Umayyah selaku pemegang tampuk Khilafah Islam kala itu.

Berdasarkan catatan sejarah, tentara pemberontak as-Saffah memasuki Kufah, Irak Selatan, pada Oktober 749 (132 H). Di kota itu, as-Saffah mendeklarasikan diri sebagai khalifah. 

Langkah selanjutnya yang dilakukan as-Saffah adalah melenyapkan pengaruh Bani Umayyah.

Marwan II, yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah Umayyah berhasil dikalahkan pada Februari 750, dalam pertempuran yang berlangsung di Sungai Zab, sebelah utara Kota Baghdad. 

Peristiwa tersebut, secara efektif mengakhiri Daulah Umayyah yang telah memerintah selama 89 tahun (sejak 661).

“Setelah kalah perang, Marwan II melarikan diri ke Damaskus, lalu ke Yordania, Palestina, hingga akhirnya tertangkap di Mesir dan dibunuh pada 6 Agustus 750,” tulis sejarawan asal Inggris, Hugh Kennedy, dalam buku The Prophet and the Age of the Caliphates.

Upaya untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim (rumpun besar silsilah Abbasiyah—Red) sebenarnya sudah dimulai sejak era pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717–720).

Akan tetapi, rencana tersebut baru terwujud tiga dekade sesudahnya di tangan as-Saffah, menyusul semakin memuncaknya persaingan antara Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah.

Dinasti Abbasiyah berhasil memegang tampuk kekhalifahan selama lima abad. Selama periode kepemimpinan mereka, ilmu pengetahuan dan budaya Timur Tengah mengalami pertumbuhan yang pesat.

Pengaruh Bani Abbasiyah menyusut pada 940, ketika orang-orang non-Arab mulai mendapatkan pengaruh dan memisahkan diri dari kekhalifahan. 

BACA JUGA: Sisa-Sisa Kejayaan Islam Era Dinasti Mughal

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement