REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengakui virus Corona dapat berpotensi menyebar melalui tetesan kecil yang mengambang di udara. Hal itu sesuai dengan keluhan para ilmuwan yang mengirimkan surat terbuka ke lembaga PBB tersebut.
Sejumlah ilmuwan menilai gerak WHO terlalu lambat. "Gerakan lambat WHO dalam isu ini sayangnya memperlambat pengendalian pandemi," kata kimiawan dari University of Colorado, Jose Jimenez yang turut menandatangani surat tersebut, Ahad (12/7).
WHO masih bersikeras dibutuhkan lebih banyak bukti yang menunjukkan virus Corona dapat menyebar melalui udara. Namun Jimenez dan para pakar penularan virus melalui udara atau aerosol lainnya mengatakan WHO terlalu erat menggenggam gagasan kuman menyebar melalui kontak dengan orang atau objek yang terkontaminasi. Gagasan itu adalah fondasi kedokteran modern.
Gagasan ini menolak teori racun kuno dari Abad Pertengahan. Dulu uap beracun dan aroma menyengat dianggap sebagai penyebab kolera atau pandemi Black Death.
"Ini bagian budaya ilmu kedokteran dari awal abad ke-20, untuk menerima penularan dari udara membutuhkan bukti yang sangat tinggi," kata pakar aerobiologi University of Maryland Dr. Donald Milton yang juga penulis utama surat terbuka kepada WHO.
Para penandatangan surat tersebut menilai tidak perlu bukti binatang di laboratorium menjadi sakit setelah diekspos virus melalui udara. Namun bagi WHO mereka membutuhkan bukti seperti itu.
Dengan bukti-bukti yang kuat mereka bisa merekomendasikan pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil tindakan drastis dalam menanggulangi pandemi yang telah menewaskan setengah juta orang ini. Misalnya menambahkan alat pelindung diri (APD) petugas kesehatan di rumah sakit.
Sementara seluruh dunia masih kekurangan pasokan APD seperti masker medis N95. Jika virus Corona dapat menyebar melalui udara maka bisnis-bisnis dan sekolah-sekolah harus meningkat sistem ventilasi dan mewajibkan pemakaian masker di dalam ruangan.
"Akan mempengaruhi seluruh kehidupan kami, dan itu mengapa pertanyaan ini sangat penting," kata pakar penyakit menular University of Calgary yang juga konsultan WHO, Dr. John Conly.
Conly mengatakan hingga kini belum ada penelitian yang menunjukkan virus itu mengambang di udara. "Dalam pikiran saya, saya ingin melihat bukti di kabut halus itu," kata Conly.