Ahad 12 Jul 2020 15:09 WIB

Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Raih Dukungan

Devlet Bahceli menilai Hagia Sophia jadi masjid keinginan warga Turki

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Orang-orang memegang bendera Turki dan Ottoman di depan Museum Hagia Sophia, di Istanbul, Turki, 10 Juli 2020. Pengadilan administrasi tertinggi Turki pada 10 Juli 2020 memutuskan bahwa museum yang dulunya masjid yang dibangun di Katedral dapat diubah menjadi sebuah masjid lagi dengan menetapkan statusnya sebagai museum.
Foto: PA-EFE/ERDEM SAHIN
Orang-orang memegang bendera Turki dan Ottoman di depan Museum Hagia Sophia, di Istanbul, Turki, 10 Juli 2020. Pengadilan administrasi tertinggi Turki pada 10 Juli 2020 memutuskan bahwa museum yang dulunya masjid yang dibangun di Katedral dapat diubah menjadi sebuah masjid lagi dengan menetapkan statusnya sebagai museum.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hagia Sophia resmi menjadi Masjid dan tidak lagi berada di bawah naungan Menteri Kebudayaan Turki melainkan kini di bawah Kementerian Urusan Agama Turki.

Ozgur Unluhisarcikli, direktur Ankara dari German Marshall Fund, mengatakan, langkah itu akan memenangkan hati dan pikiran di dalam negeri. Sebab kebanyakan orang Turki akan mendukung keputusan menjadikan situs itu masjid untuk sentimen keagamaan atau nasionalis.

Baca Juga

"Ini adalah debat yang tidak bisa dihilangkan oleh presiden Erdogan dan oposisi tidak bisa menang. Faktanya, masalah ini juga berpotensi untuk memecah belah partai-partai oposisi," kata Ozgur seperti dilansir Aljazirah, Sabtu.

Sekutu nasionalis Erdogan, Devlet Bahceli pun menyambut keputusan tersebut. Menurutnya, pembukaan kembali Hagia Sophia untuk ibadah Muslim telah lama menjadi keinginan penduduk Turki

Sementara para turis khawatir, Hagia Sophia akan ditutup buat kunjungan wisata.  "Kami ingin datang dan mengunjungi Istanbul dan museum Hagia Sophia, tetapi sayangnya kami menyadari bahwa mulai hari ini ditutup," kata Renato Daleo, seorang turis dari Italia.

Ksennia Bessonova, seorang Rusia yang tinggal di Istanbul diapit oleh putrinya yang berusia 16 bulan dan suaminya, mengatakan mereka juga ingin mengunjungi situs itu. "Itu adalah mimpi kecil kami karena sejak putri kami lahir, kami tidak dapat datang dan kami pergi," katanya.

Dia berharap pihak berwenang tidak akan mengubah apa pun di dalamnya. "Dari apa yang teman dan keluarga kami katakan kepada kami itu adalah sesuatu yang istimewa dan kami ingin merasakan hal yang sama. Saat ini saya tidak yakin apa yang diharapkan tetapi saya merasa sedih."

Pada Jumat, Erdogan memberi jaminan bahwa Hagia Sophia akan terbuka untuk semua pengunjung, termasuk non-Muslim. "Pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka untuk pengunjung dari seluruh dunia," kata ajudan pers, Fahrettin Altun.

"Orang-orang dari semua denominasi agama dipersilakan untuk mengunjunginya, sama seperti mereka telah dapat mengunjungi masjid lain, termasuk Masjid Biru," ujarnya menambahkan.

Tuai kecaman

Langkah Erdogan menuai sejumlah kecaman dari internasional

Yunani menyebut Turki melakukan provokasi. Amerika Serikat (AS) dan Prancis juga menyatakan kekecewaannya. Begitu juga Rusia yang menganggap bangunan itu sebagai warisan dunia. Dewan Gereja Sedunia menulis surat kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas langkah itu. Mereka mendesak Erdogan untuk mencabut keputusannya.

Presiden Erdogan tetap melanjutkan rencana itu meskipun ada seruan dari negara-negara dan pihak-pihak tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan, Moskow menyesali keputusan Erdogan.

"Katedral itu berada di wilayah Turki, tetapi tanpa pertanyaan adalah warisan semua orang," katanya kepada kantor berita Interfax dikutip laman Aljazirah, Sabtu.

Dewan Gereja Sedunia menulis surat kepada Erdogan untuk mengungkapkan kesedihan dan kegelisahan atas langkah itu. Mereka mendesak Turki untuk membalikkan keputusannya.

"Sebagai museum Warisan Dunia, Hagia Sophia telah menjadi tempat keterbukaan, pertemuan, dan inspirasi bagi orang-orang dari semua bangsa," ujar sekretaris jenderal sementara Ioan Sauca.

Sauca mengatakan, status museum telah menjadi ekspresi yang kuat dari komitmen Turki terhadap inklusi dan sekularisme. Sementara itu, Uskup Hilarion yang berpengaruh, yang mengepalai departemen Gereja Ortodoks Rusia untuk hubungan gereja eksternal, juga menyatakan kesedihannya.

"Ini merupakan pukulan bagi Kekristenan global. Bagi kami (Hagia Sophia) tetap merupakan katedral yang didedikasikan bagi Juru Selamat," katanya kepada TV Rossiya24 yang dikontrol pemerintah Jumat malam lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement