REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Menteri Kebudayaan dan Pemuda Uni Emirat Arab (UEA), Noura Al Kaabi menyesalkan putusan pemerintah Turki yang telah mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Menurutnya, situs budaya warisan dunia tersebut harus dilestarikan untuk kebaikan masyarakat.
"Seharusnya tidak disalahgunakan atau diubah melalui perubahan dengan cara yang menyentuh esensi manusia," katanya dilansir dari The National, Ahad (12/7).
Apalagi menurut Al Kaabi, Hagia Sophia merupakan situs warisan dunia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO. Seharusnya, Hagia Sophia menjadi situs yang harus dilestarikan keberadaannya untuk kemaslahatan bersama.
Karenanya ia memandang putusan mengubah status Hagia Sophia dilakukan tanpa memperhatikan nilainya yang lebih luas terlebih dahulu. "Itu tetap menjadi landmark global dengan warisan budaya yang signifikan. Itu juga berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan orang-orang yang berbeda dan memperkuat ikatan mereka," katanya.
Sebagai situs warisan dunia, lanjutnya, Hagia Shopia telah menjadi platform pertukaran pengetahuan dan beragam budaya dan peradaban yang terus berevolusi sepanjang waktu. Hagia Sophia juga menjadi saksi bisu sejarah toleransi antarumat beragama yang telah terwujud selama ini.
"Hagia Sophia adalah contoh penting interaksi dan dialog antara Asia dan Eropa dan harus tetap menjadi saksi bagi sejarah manusia yang harmonis," ucapnya.
Al Kaabi juga menekankan pentingnya memperhatikan pernyataan yang dikeluarkan oleh UNESCO bahwa Hagia Sophia adalah bagian dari sejarah Istanbul yang sangat kaya. "Situs tersebut ditetapkan sebagai museum peninggalan oleh UNESCO. Ini adalah keajaiban arsitektur dan merupakan saksi unik untuk interaksi antara Asia dan Eropa selama berabad-abad. Itu adalah simbol dialog," katanya.
UNESCO mengatakan negara-negara yang menjadi rumah bagi situs warisan budaya tidak boleh mengubahnya dengan cara merusak nilai universal mereka yang luar biasa. UEA adalah anggota dewan eksekutif UNESCO.
Sebelumnya, Pengadilan Administratif Turki telah memutuskan perubahan status Hagia Sophia pada Jumat (10/7) lalu. Putusan tersebut menimbulkan banyak keprihatinan terutama dari para pejabat AS, Prancis, Rusia, Yunani dan para pemimpin gereja kristen.
Hagia Shopia dibangun pada abad ke-6 oleh kaisar Byzantium Justinian. Hagia Sophia pertama kali dibangun dan digunakan oleh umat kristiani sebagai gereja Ortodoks Yunani.
Kemudian di masa kekaisaran Muslim Ottoman, gereja tersebut dikonversi menjadi masjid. Setelah itu, di era Republik Turki Modern dibawah kepemimpinan Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk, Hagia Sophia diputuskan menjadi museum.