REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Keluarga, beberapa teman, dan rekan kerja menghadiri pemakaman wali kota Park Won-soon di Seoul. Pemakaman tersebut diselenggarakan di balai kota dan dibatasi untuk sekitar 100 orang karena pandemi virus corona, serta disiarkan secara langsung.
Ratusan warga berkumpul di dekat balai kota dan tempat jenazah Park dikremasi. Mereka menangis melepas kepergian Park. Di depan balai kota, seorang pria berusaha untuk menarik perhatian dengan membuat keributan kecil. Jenazah Park akan dimakamkan di daerah tenggara Changnyeong yang merupakan tempat dia dilahirkan.
Park ditemukan tewas di sebuah hutan di Gunung Bugak, dekat kediaman resminya setelah menghilang. Polisi mengatakan, tidak ada tanda-tanda mencurigakan atas kematian Park. Hingga kini polisi masih menyelidiki penyebab kematian Park.
Jasad Park ditemukan setelah pencarian selama berjam-jam yang melibatkan ratusan polisi, tim penyelamat, anjing pelacak, dan drone. Park dilaporkan hilang oleh putrinya pada Kamis (9/7) malam. Park meninggalkan sebuah pesan sebelum dia menghilang.
Dalam pesan terakhirnya, Park mengatakan bahwa dia meminta maaf kepada semua pihak, khususnya kepada keluarganya karena telah menyebabkan kesedihan. Dia meminta agar dikremasi dan abunya ditaburkan di makam orang tuanya. Pesan itu tidak menyebutkan tuduhan pelecehan seksual yang diajukan terhadap Park.
Sebelumnya, Park dilaporkan menghadapi penyelidikan atas tuduhan pelecehan seksual terhadap mantan sekretarisnya. Park dituding telah melakukan tindakan yang tidak pantas terhadap mantan sekretarisnya tersebut. Sesuai dengan hukum, kasus itu secara otomatis dihentikan setelah walikota wafat.
Park telah menjabat wali kota Seoul selama tiga periode sejak 2011. Ini merupakan masa jabatannya yang terakhir. Kebijakan Park berfokus pada pemuda, lingkungan, dan regenerasi kota.