Senin 13 Jul 2020 15:20 WIB

Kritik Atas Hagia Sophia, Banyak Masjid Eropa Jadi Gereja

Sejumlah gereja di Eropa merupakan peninggalan kejayaan Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Kritik atas Hagia Sophia, Banyak Masjid Eropa Jadi Gereja. Alhambra merupakan sebuah kompleks istana dan benteng peninggalan bersejarah sekaligus bukti jejak peradaban Islam di Eropa.
Foto: Republika TV/Kamila
Kritik atas Hagia Sophia, Banyak Masjid Eropa Jadi Gereja. Alhambra merupakan sebuah kompleks istana dan benteng peninggalan bersejarah sekaligus bukti jejak peradaban Islam di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah Turki mengubah status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid menuai beragam kritikan dan kecaman. Sejumlah negara termasuk Yunani, Prancis, Siprus, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, menyatakan kekecewaan mereka atas langkah presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tersebut. Langkah ini juga disesalkan para pemimpin gereja.

Hagia Sophia di Istanbul (dahulu konstantinopel) dibangun oleh Kaisar Byzantium Justinianus pada 537. Hagia Sophia berpindah tangan antara agama Ortodoks dan Katolik. Hingga kemudian, penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada 1453 mengubah fungsi bangunan tersebut menjadi masjid. Namun, Hagia Sophia kemudian dialihfungsikan sebagai museum oleh pemerintah sekuler Turki pada 1934.

Baca Juga

Kini, pengadilan tinggi Turki pada Jumat (10/7) lalu memungkinkan pengembalian status situs tersebut kembali menjadi masjid. Putusan pengadilan membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia sophia menjadi museum.

Turki tetap kukuh dalam keputusannya mengalihfungsikan bangunan yang menjadi museum selama 85 tahun lamanya itu menjadi masjid kembali seperti di era Ustmaniyyah. Di sisi lain, Erdogan dan pemerintah Turki menanggapi kritikan dan intervensi asing atas keputusan tentang status Hagia Sophia sebagai bentuk serangan terhadap kedaulatan negaranya.

Erdogan bahkan menegaskan Turki melindungi hak-hak Muslim serta semua komunitas agama lain. Menurutnya, banyak tempat ibadah seperti gereja dan sinagog diberikan kebebasan di Turki. Ia juga menjamin bahwa Hagia Sophia tetap dapat dikunjungi oleh semua kalangan agama, meskipun statusnya telah diubah menjadi masjid.

photo
Infografis Hagia Sophia yang Megah. - (Republika.co.id)

Sementara itu, Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop juga meyakinkan Turki tidak akan merusak peninggalan bersejarah di situs tersebut. Ia bahkan menyinggung soal penghancuran masjid-masjid di Eropa, seperti di Spanyol di Portugal.

Dalam sejarahnya, banyak masjid dibangun di Spanyol selama masa kekuasaan Islam berjaya di sana. Namun, pengusaan kembali wilayah tersebut oleh kerajaan Kristen atau disebut Reconquista, banyak mengubah bahkan menghancurkan bangunan masjid dan menggantikannya sebagai gereja.

Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan sekaligus kehancuran imperium Islam di Andalusia adalah Istana Alhambra. Di dalam kompleks istana ini dibangun masjid di masa kepemimpinan Islam.

Selama 800 tahun lamanya, Islam pernah berjaya di Eropa, tepatnya di Spanyol yang dulu dikenal sebagai Andalusia. Penaklukan Andalusia terjadi pada 711 M oleh pasukan Muslim yang dipimpin Thariq bin Ziyad. Kala itu, Thariq berhasil merebut dataran Iberia. Satu per satu kerajaan di sekitar wilayah itu jatuh ke tangan Islam.

Kerajaan Islam pun bermunculan di negeri Matador itu. Salah satu kerajaan yang sekaligus daulah terakhir Islam di Andalusia adalah Bani Ahmar atau Bani Nasrid (1232-1492 M). Dinasti Nasrid ini meninggalkan jejak arsitektur yang unik pada bangunan Istana Alhambra.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement