REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyerang Crystal Palace Wilfried Zaha telah meminta platform media sosial untuk mengidentifikasi dan menghapus akun pengguna yang melakukan pelecehan rasial kepadanya. Zaha menjadi target pelecehan sebelum timnya bermain melawan Aston Villa pada Ahad (12/7).
Pemain timnas Pantai Gading tersebut membagikan gambar kelompok supremasi kulit putih Klu Klux Klan dari pesan yang diterimanya oleh seorang bocah lelaki berusia 12 tahun dari Solihull. Menurut laporan terbaru, sang pelaku tersebut telah dilaporkan dan berhasil ditangkap oleh polisi.
Zaha berterima kasih kepada Polisi West Midlands karena telah mengambil tindakan cepat, tetapi mengatakan bahwa itu tidak cukup untuk mempromosikan slogan antirasialisme.
"Orang-orang perlu memahami bahwa berapa pun usia Anda, bahwa perilaku dan perkataan Anda memiliki konsekuensi dan Anda tidak dapat bersembunyi di balik media sosial. Penting bagi platform media sosial melakukan seperti yang mereka lakukan kemarin dan mencari orang-orang ini dan menghapus (akunnya)," kata Zaha dalam sebuah cicitan di Twitter yang dikutip Reuters pada Senin (13/7).
Ini bukan pertama kalinya Zaha menerima pesan seperti ini. Ia juga mengatakan, bukan satu-satunya pemain yang menerima pesan tersebut, karena terjadi setiap hari.
Ia mengatakan, tidaklah cukup hanya merasa jijik dengan pesan-pesan yang ia terima dan melupakannya. Menurut Zaha, tidak cukup hanya dengan mengatakan #notoracism.
"Kita perlu tindakan, kita perlu pendidikan, hal-hal perlu diubah," kata dia menegaskan.
Selain Zaha, pemain Sheffield United David McGoldrick, yang mencetak dua gol dalam kemenangan 3-0 atas Chelsea pada Minggu, juga menjadi target pelecehan rasial.
"Sebagai klub, kami akan mendukung David McGoldrick dan akan melakukan semua yang kami bisa untuk menemukan pelaku pesan menjijikkan ini," kata Sheffield United di akun Twitter mereka.
"Kami akan bekerja dengan otoritas terkait untuk memastikan orang di balik pesan ini diadili. Ini tidak dapat dilanjutkan. Sesuatu perlu diubah."