REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Hubungan antara Iran dan China dinilai strategis yang selama ini didasarkan pada kepentingan bersama serta saling menghormati.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif seperti dikutip Pelapor Keamanan Nasional dan Komisi Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Abolfazl Amouie, mengatakan China dan Iran membangun hubungan dengan saling hormat.
Zarif membuat pernyataan ini dalam sesi diskusi dengan Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran pada Ahad. Ia juga memberikan penjelasan kepada anggota parlemen Iran tentang lanskap untuk rencana kerja sama 25 tahun Iran-China.
Amouie mengutip Zarif menepis beberapa desas-desus, termasuk memberikan Pulau Kish di Teluk Persia Iran untuk disewakan ke China. Juga, Menlu Iran membantah telah memberikan hak eksklusif menjual minyak ke perusahaan-perusahaan China dengan harga murah.
Sejumlah media asing memberitakan adanya kesepakatan rahasia antara Iran dan China. Kedua negara secara politik saling membutuhkan untuk melawan tekanan Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Iran dituduh menyewakan pulaunya di Teluk Persia dan menjual minyak mentah dengan harga murah ke China.
"Zarif menekankan pentingnya mempertimbangkan kepentingan nasional dalam membangun kerja sama," kata anggota parlemen Iran itu.
"Rumor tentang hubungan Iran-China adalah manifestasi yang jelas dari sikap permusuhan pihak lain terhadap kedua negara," kata Amouie mengutip ucapan Zarif.
Selama kunjungan Presiden Xi Jinping ke Teheran pada 2016, kedua belah pihak memutuskan untuk merancang peta jalan kerja sama komprehensif 25 tahun.