REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Pemerintah Rusia akhirnya mengambil sikap terkait konversi Hagia Sophia menjadi Masjid. Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin menyatakan negaranya menghormati keputusan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan.
Vershinin mengakui konversi Hagia Sophia mengundang reaksi di dalam negeri Rusia dan dunia internasional. Namun pada akhirnya Rusia memilih menghormati kedaulatan Turki dengan tak campur tangan urusan tersebut.
"Secara umum, kami berasumsi bahwa ini adalah urusan domestik Turki yang mana kami atau orang lain tak perlu ikut campur sepenuhnya," kata Vershinin dilansir dari Sputnik pada Senin (13/7).
Sikap Rusia pada Turki bisa dikatakan bijaksana. Padahal saat ini kedua negara terlibat konflik di Libya. Turki dan Rusia masing-masing menjadi pendukung kubu yang berlawanan di Libya. Tokoh Kristen Rusia pun sempat menentang langkah Turki.
Walau demikian, Vershinin menyinggung pentingnya kehadiran Hagia Sophia sebagai warisan peradaban dunia.
"Kami memperhatikan nilai dari bangunan itu sebagai bagian dari situs peradaban dan kebudayaan dunia," ujar Vershinin.
Keputusan konversi Hagia Sophia keluar setelah Pengadilan Tinggi Turki mencabut statusnya sebagai museum sejak 1934. Hagia Sophia memang pernah berstatus Masjid usai Sultan Ottoman Mehmed II menaklukan Konstantinopel pada abad ke-15. Diperkirakan Muslim dapat beribadah disana mulai 24 Juli. Rizky Surya