REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan slogan Merdeka belajar terinspirasi filosofi Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara. Slogan ini telah melalui pembahasan dengan berbagai pihak dari berbagai latar belakang keilmuan mulai hukum, sosial, etika dan aspek pendidikan lainnya.
Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud, Evy Mulyani menjelaskan, melalui Merdeka Belajar, Ki Hadjar Dewantara mengajarkan semangat dan cara mendidik anak Indonesia untuk menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirnya, dan merdeka raga/tenaganya. "Filosofi inilah yang menjadi akar Merdeka Belajar yang dijalankan Kemendikbud saat ini," kata Evy dalam keterangannya, Senin (13/7).
Menurut Evy, dalam menyelenggarakan pembangunan pendidikan nasional, pemerintah melalui Kemendikbud senantiasa mengedepankan prinsip gotong royong, mulai dari perumusan hingga pelaksanaan berbagai program dan kebijakan. Peran serta berbagai pihak dalam gotong royong membangun pendidikan nasional merupakan keniscayaan dan faktor penting yang hendaknya semakin diperkuat.
Semangat Merdeka Belajar juga telah sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menciptakan ekosistem pendidikan nasional yang lebih sehat dengan menghadirkan iklim inovasi sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Maju yang menjadi visi Presiden.
Sebelumnya, slogan Merdeka Belajar diperdebatkan karena ternyata merupakan merek dagang yang sudah dipatenkan oleh PT Sekolah Cikal. Data ini dapat dilihat secara terbuka di laman Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.
Berdasarkan lama tersebut, istilah Merdeka Belajar sudah didaftarkan oleh PT Sekolah Cikal sejak 2018. Namun, pada 2020 istilah ini baru diresmikan menjadi milik perusahaan pendidikan tersebut.