REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Keputusan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) Internasional yang mengabulkan banding Manchester City atas larangan tampil dua tahun di kompetisi Eropa musim depan yang dijatuhkan UEFA menuai kritik dari barbagai pihak. Salah satunya dari Presiden La Liga, Javier Tebas.
Tebas mempertanyakan kinerja CAS usai banding City dikabulkan. Sebelumnya, UEFA menjatuhkan hukuman dua tahun larangan tampil di kompetisi Eropa musim depan kepada City karena dinilai melanggar aturan Financial Fair Play (FFP).
"Kita harus mempertimbangkan apakah CAS adalah badan yang tepat untuk mengajukan banding atas keputusan lembaga sepak bola. Swiss adalah negara dengan reputasi besar di dunia arbitrase, CAS tidak memenuhi tugas,” kata Tebas dilansit dari Marca, Selasa (14/7).
Keputusan tersebut pun dinilai dapat mempertanyakan aturan FFP. Ini dianggap sebagai kasus penting namun nyatanya klub yang diduga kuat melakukan pelanggaran lolos dari jeratan hukum. Aturan tersebut dinilai pilih kasih yaitu hanya diberlakukan kepada tim-tim kecil. Sedangkan aturan tersebut seolah tak berlakuk kepada klub seperti City dan Paris Saint-Germain (PSG) yang bergelimang uang.
Kasus yang menimpa PSG ketika membeli Kylian Mbappe dan Neymar dinilai bukti bahwa FFP sudah sulit dipercaya dapat diterapkan kepada seluruh klub di Eropa. Pasalnya, ketika CAS memerintahkan penyelidikan kepada PSG, UEFA menangapinya terlalu lama sehingga CAS mengabulkan banding PSG terhadap UEFA pada 2019 lalu.
Reaksi juga bermunculan dari mantan pemain, pakar dan jurnalis terkait putusan CAS terhadap banding City. Dilansir dari AS, mantan pemain Leicester City, Gary Lineker meragukan kelanjutan aturan FFP UEFA ke depannya.
Kemudian jurnalis olahraga AFP, Tom Allnutt lewat akun Twitter-nya mengutip pernyataan Presiden La Liga, Javier Tebas yang mengkritik keputusan tersebut. Begitu juga dengan jurnalis Skysports, Kaveh Solhekol yang mempertanyakan aturan FFP diterapkan kepada klub.