Selasa 14 Jul 2020 11:58 WIB

Menakar Risiko Pembukaan Kembali Bioskop

Kepastian apakah bioskop akan dibuka pada 29 Juli sebenarnya masih tanda tanya.

Suasana simulasi pembukaan dan peninjauan tempat hiburan bioskop CGV Cinemas di Bandung Electronic Center (BEC), Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/7/2020). Simulasi tersebut dilakukan dalam rangka peninjauan kesiapan tempat hiburan bioskop dalam penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan alat pelindung wajah bagi karyawan, pembatas jaga jarak, masker, sarung tangan dan cairan disinfektan seiring tatanan normal baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Suasana simulasi pembukaan dan peninjauan tempat hiburan bioskop CGV Cinemas di Bandung Electronic Center (BEC), Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/7/2020). Simulasi tersebut dilakukan dalam rangka peninjauan kesiapan tempat hiburan bioskop dalam penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan alat pelindung wajah bagi karyawan, pembatas jaga jarak, masker, sarung tangan dan cairan disinfektan seiring tatanan normal baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Santi Sopia, Puti Almas, Dedy Darmawan Nasution

Rencana pembukaan bioskop pada 29 Juli 2020 menuai perhatian publik. Di satu sisi publik sudah merindukan hiburan baru lewat tontonan film. Di sisi lain, publik juga cemas berada di ruangan tertutup dalam durasi lebih dari satu jam.

Baca Juga

Epidemiolog UGM, Bayu Satria, memberi perhatian khusus atas rencana pembukaan bioskop. Ia menekankan, pembukaan bioskop wajib diiringi hasil pengayaan setiap bioskop oleh otoritas kesehatan daerah masing-masing dengan sangat ketat.

"Hal ini untuk menentukan apakah bioskop tersebut layak buka atau tidak. Jika tidak bisa melakukan itu sebaiknya ditunda," kata Bayu, Selasa (14/7).

Bayu merasa, jika tidak dilakukan hati-hati soal monitoring, pengawasan orang yang menonton dan pelaksanaan protokol kesehatan, maka pembukaan bioskop akan sangat berisiko. Termasuk, menjadi sarana penularan yang baru selain tempat-tempat publik lain.

Ia mengingatkan, penyebaran virus SARS-Cov-2 lewat udara yang dimungkinkan terjadi tidak lain ketika orang-orang bicara, batuk atau bersin. Karenanya, penggunaan masker setiap orang disertai menjaga jarak menjadi sangat penting.

"Pembatasan acara di dalam ruang tertutup dengan tetap wajib jaga jarak dan masker yang dipakai setiap saat," ujar Bayu.

Selain itu, masyarakat diimbau harus terus hati-hati, terutama saat melakukan proses yang mengharuskan melepaskan masker. Seperti saat mengambil wudhu atau makan, masyarakat diingatkan jangan berbicara terlebih dulu.

Menurut Bayu, kebiasaan ini yang sulit dikendalikan dari masyarakat. Sebab, ketika makan dan melepas masker orang cenderung akan berbicara, padahal itu justru memiliki risiko tinggi. Sementara banyak penonton bioskop yang membawa serta makanan juga minuman sebagai teman menonton.

"Sama ketika kita bincang-bincang atau rapat, sebaiknya tetap pakai masker dan jaga jarak," kata Bayu.

Senada, Abu Tholib Aman dari Mikrobiologi FKKMK UGM mengingatkan, SARS-CoV-2 dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan udara. Maka itu, masyarakat diimbau selalu tertib mematuhi protokol kesehatan. "Seperti memakai masker, rajin cuci tangan dan jaga jarak," ujar Abu.

Kepastian apakah bioskop akan dibuka pada 29 Juli 2020 sebenarnya masih tanda tanya. Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin meminta pemerintah satu suara soal izin pembukaan bioskop.

Djonny mengatakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah mengizinkan, namun sebaliknya dengan Gugus Tugas Covid-19. Menurutnya, izin yang dikeluarkan beserta panduannya bisa dibuat tegas dan jelas.

"Kita bingung, tolong satu suara, gugus tugas merapat sama pemerintah, jangan ngomong sendiri. Tidak bagus," kata Djonny saat dihubungi, Selasa (14/7).

GPBSI menyatakan akan mengikuti peraturan pemerintah soal rencana izin pembukaan bioskop mulai 29 Juli. Salah satu protokol yaitu tidak mengizinkan anak di bawah usia 9 tahun dan lanjut usia.

Djonny mengatakan pihaknya akan tetap menghormati arahan pemerintah. Hanya saja ia meminta tidak membuat bingung pengusaha.

"Bisa kasih tahu Kemenkes, kasih tahu kita protokol kesehatan jadi tidak semuanya ngomong, kita hormati. Cuma caranya yang saya tidak suka, yang mana yang kita pegang," ujar Djonny.

Djonny menambahkan saat ini dia hanya berharap penuntasan izin pembukaan yang jelas. Soal film apa yang ditayangkan akan dibahas lebih lanjut, karena yang terpenting adalah izin satu suara.

Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) mewakili para pengusaha bioskop di Nusantara, yang terdiri dari Cinema XXI, CGV, Cinepolis, Dakota Cinema, Platinum, dan New Star Cineplex. Para pelaku pengusaha bioskop selama ini merugi akibat kebijakan PSBB yang mengharuskan bioskop ditutup.

Selama ditutup pelaku industri bioskop melakukan penerapan protokol new normal. Dimulai dari persiapan materi komunikasi dan sosialisasi penerapan protokol di lingkungan bioskop dan proses edukasi, serta pelatihan internal terkait penerapan protokol kesehatan kepada seluruh karyawan yang akan bertugas.

Kemudian, pelaku industri bioskop juga terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan rumah-rumah produksi terkait kesiapan film serta materi promosi yang akan dilakukan setelah bioskop dapat kembali aktif beroperasi.

Produser film Starvision Plus Chand Parwez Servia menyambut baik rencana pembukaan bioskop. "Bioskop sudah setop empat bulan lebih, sekarang memang harus sudah punya kebiasaan baru menghadapi new normal," kata Chand saat dihubungi hari ini.

Chand mengakui aturan protokol bukan dalam posisi menguntungkan, melainkan prihatin. Dalam penerapan protokol, tentu akan ada pengurangan jumlah pengunjung untuk jarak sosial dan pengetatan kebersihan.

Kendati begitu, Chand mengatakan setiap orang perlu menghormati demi kenyamanan bersama. Sebab pembukaan kembali bioskop sudah sangat dinantikan banyak orang.

Menikmati film di bioskop sudah menjadi kebiasaan umum guna menghabiskan waktu berkualitas bersama sebagai makhlul sosial. Bagaimanapun film bukan sekadar produk hiburan tetapi juga budaya.

"Memang kalau bioskop kursi berkurang, kalau syuting lebih lama. Jadi ini kondisi yang membebani setiap orang. Ongkos operasional dan pencapaian lebih sedikit, ini konsekuensi," lanjut produser kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat itu.

Masyarakat juga harus patuh terhadap tindakan penceghan. Di bioskop atau melalui produk film, pengunjung bisa mendapatkan dan mendiskusikan banyak hal. Jadi agar bisa menikmati fasilitas umum dengan aman dan nyaman, perlu kerjasama dari semua pihak.

"Setelah simulasi, bagi saya yang berusia 60, itu sudah nyaman," katanya menambahkan.

Kemarin, dalam rapat bersama DPR, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan belum menerbitkan rekomendasi pembukaan bioskop. Menurut Doni, Gugus Tugas masih tegas pada pernyataan bahwa kegiatan yang bertempat dalam ruang tertutup dalam waktu satu jam lebih berpotensi menimbulkan penularan Covid-19.

Saat ini rekomendasi tempat wisata yang sudah dikeluarkan Gugus Tugas adalah untuk wisata luar ruangan. Misalnya pantai, taman nasional, dan kebun binatang.

Beberapa waktu lalu, Menparekraf Wishnutama Kusubandio meninjau kesiapan penerapan protokol normal baru ke salah satu eksibitor, Cinema XXI, di Plaza Senayan, Jakarta. Ia meninjau standar baru yang dipersiapkan pengelola bioskop.

Mulai dari pemeriksaan suhu tubuh di pintu masuk, proses antre tiket, pembelian makanan yang bisa dilakukan dengan memesan dengan aplikasi, studio sebagai lokasi eksibisi film, serta papan informasi.

Semua proses tersebut, kata dia, telah dipersiapkan dengan pelaksanaan physical distancing yang baik. Termasuk ketersediaan hand sanitizer di setiap sudut serta kesiapan para staf lengkap dengan alat pelindung diri yang dibutuhkan. Mulai dari sarung tangan, masker, serta face shield.

"Saya memastikan simulasinya berjalan dengan baik. Tidak hanya di bioskop, sebelumnya kami juga sudah melihat langsung simulasi penerapan protokol di berbagai sub sektor lainnya seperti hotel, restoran, dan juga destinasi wisata," kata Wishnutama dalam keterangannya, Sabtu (11/7).  

Menurutnya simulasi protokol kesehatan di bioskop sebelum dibuka penuh penting untuk dilakukan agar semua pihak baik pelaku usaha maupun masyarakat paham akan prosedur-prosedur yang harus dijalankan. Sehingga, saat nantinya sudah ada keputusan untuk kembali dibukanya bioskop, kegiatan dapat berlangsung dengan baik namun tetap aman dari Covid-19.

"Jangan tiba-tiba dibuka tapi sosialisasi belum terlaksana dengan baik. Karena apapun juga, risiko dari Covid-19 ini harus dihindari. Saya tidak lelah menyampaikan agar sektor-sektor yang berada di bawah pariwisata dan ekonomi kreatif untuk dapat menjalankan protokol dengan baik, benar dan penuh kedisiplinan," ujar Wishnutama.

Wishnutama mengatakan keputusan untuk membuka destinasi ataupun sektor ekonomi kreatif menjadi wewenang pemerintah daerah dengan memperhatikan tiga hal. Yakni status Covid-19, kesiapan daerah serta penerapan dari protokol kesehatan itu sendiri.

"Itu yang kita lakukan saat ini, sehingga kapanpun (bioskop) dibuka kita sudah siap. Saya harap industri ini bisa produktif kembali, dari produksinya, bioskopnya dan berbagai macam aktivitas lainnya yang beberapa bulan terhenti," katanya.

photo
WHO tentang kemungkinan virus corona airborne. - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement