REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengutuk bentrokan mematikan yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan akhir pekan ini di perbatasan kedua negara. AS mendesak kedua belah pihak menghentikan segala kekuatan menghindari bentrokan lanjutan.
"Kami mendesak pihak-pihak untuk segera berhenti menggunakan kekuatan, dan memakai hubungan komunikasi langsung yang ada di antara mereka untuk menghindari eskalasi lebih lanjut, dan secara ketat mematuhi gencatan senjata," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Morgan Ortagus seperti dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (14/7).
Pernyataan itu muncul setelah bentrokan perbatasan yang terjadi Ahad (12/7) terjadi. Bentrokan membuat empat tentara Azerbaijan tewas dan empat lainnya terluka. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan tentara Armenia telah menembak posisi yang dipegang Azerbaijan di wilayah Tovuz barat laut. Bentrokan memasuki hari kedua pada Senin.
Dua negara bekas jajahan republik Soviet telah lama terlibat dalam konflik atas Karabakh. Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional, telah diduduki secara ilegal sejak 1991 melalui agresi militer Armenia.
"Sebagai Ketua Bersama Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) Minsk Group, AS tetap berkomitmen kuat untuk membantu pihak-pihak mencapai penyelesaia damai dari konflik Nagorno-Karabakh. Kami akan tetap aktif terlibat dalam upaya mencapai tujuan itu," kata Ortagus.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga meminta Armenia dan Azerbaijan menurunkan ketegangan dan melakukan gencatan senjata di perbatasan. "Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan laporan baku tembak, termasuk penggunaan senjata berat, di perbatasan internasional Armenia-Azerbaijan, yang kabarnya menimbulkan korban jiwa," kata Juru bicara PBB Stephane Dujarric, dalam pernyataannya, seperti dilansir dari media Rusia, Sputnik News, Selasa (14/7).