REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Patriark Theodore II dari Gereja Ortodoks Yunani Aleksandria mengecam keputusan pengadilan tinggi Turki pada Jumat (10/7) yang membuat katedral Hagia Sophia berubah menjadi masjid. Turki dikecam menggunakan hak-hak historisnya untuk tujuan lain.
"Saya merasakan kesedihan dan kepedulian yang besar terkait diubahnya landmark Kristen bersejarah di Timur, Katedral Hagia Sophia menjadi masjid. Ini menjadi tantangan menggemparkan yang sudah bermasalah selama pandemi virus corona SARS-CoV (19)," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari laman media Mesir, Ahram Online, Senin (13/7).
Kepala Gereja Ortodoks Yunani Theodore mengatakan bahwa Turki menggunakan hak-hak historis dan budaya untuk tujuan lain di saat orang-orang seharusnya bersatu dan melawan virus Corona yang tidak terlihat tersebut.
"Kebalikannya justru terjadi di Mesir, ketika semua orang menikmati kebebasan beragama dan hidup berdampingan secara damai, presiden Mesir al-Sisi kami memberikan gelar kepada gereja-gereja Kristen kami setiap harinya dan otoritas politik serta negara mengizinkan kami (untuk menerapkan) kebebasan beribadah, renovasi, dan pelestarian gereja kami," ujarnya.
Sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan secara resmi menjadikan situs Hagia Sophia di Istanbul kembali menjadi masjid dan menyatakan terbuka untuk ibadah umat Islam. Pengumumannya ini beberapa jam setelah pengadilan tinggi negara itu yang membatalkan keputusan tahun 1934 yang menjadikan landmark Hagia Sophia sebagai museum pada Jumat (10/7).