REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyatakan, cita-cita koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia belum tercapai. Hal itu, kata dia, disebabkan oleh dua aspek.
Aspek pertama, rendahnya partisipasi penduduk Indonesia yang menjadi anggota koperasi. Lalu kedua, rendahnya kontribusi koperasi terhadap perekonomian nasional.
“PBB mencatat, rata-rata 16,31 persen penduduk dunia menjadi anggota koperasi. Namun sayangnya di Indonesia sendiri angka partisipasi tersebut masih lebih rendah yaitu di kisaran 8,41 persen,” ujar Teten melalui keterangan resmi pada Selasa, (14/7).
Ia mengatakan, kontribusi koperasi terhadap perekonomian Indonesia pada 2019 baru sebesar 0,97 persen. Angka tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata kontribusi koperasi terhadap ekonomi dunia, yaitu sebesar 4,30 persen.
"Kondisi ini disebabkan oleh kendala terkait regulasi, manajemen dan SDM, akses pembiayaan dan pengawasan,” katanya.
Menurut dia, koperasi secara umum telah memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia, karena 123.048 unit koperasi mampu mendorong pembentukan 5,54 persen rasio Produk Domestik Bruto (PDB) Koperasi secara nasional serta menyerap 0,45 persen dari total angkatan kerja di Indonesia.
Hanya saja, lanjutnya, dari jumlah koperasi tersebut, saat ini masih didominasi oleh Koperasi Simpan Pinjam dan unit Simpan Pinjam yang mencapai 59,9 persen. Lokasinya pun terkonsentrasi di Pulau jawa yakni mencapai 46,5 persen.
“Di sisi produktif khususnya sektor pangan, sayangnya baru 13.821 unit yang bergerak di sektor pangan atau setara 11,23 persen dari total koperasi. Dengan kontribusi omset sebesar 7,27 persen terhadap total omset koperasi di Indonesia,” jelasnya.