REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana hidrometeorologi kembali melanda wilayah Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (13/7) pukul 19.00 waktu setempat. Bencana tersebut mengakibatkan sedikitnya 10 jiwa meninggal dunia dan puluhan luka-luka.
"Data sementara dari Tim SAR gabungan di bawah kendali Basarnas sore ini telah mencatat 10 jiwa meninggal dunia, 10 warga berhasil diselamatkan, dan 46 lainnya masih dalam pencarian. Sebanyak 10 korban luka-luka tersebut dirujuk ke RSUD Masamba," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (14/7).
Tak hanya itu, pihaknya mendapatkan laporan dari Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB bahwa sebanyak 4.930 keluarga terdampak di enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara. Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat. Ribuan rumah terendam di kawasan terdampak.
Kondisi terkini, kata dia, pihak pembangkit listrik negara (PLN) masih melakukan perbaikan jaringan listrik sejak pagi tadi (14/7). Kini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Luwu Timur dan Kota Palopo telah melakukan kaji cepat di lapangan.
Pusdalops BNPB mendapatkan informasi terkait kendala yang dihadapi pascabanjir. Jalan lintas provinsi tertimbun material lumpur sehingga menutup akses menuju pos komando utama dan lokasi terdampak. Personel di lapangan harus memutar sejauh 10 kilometer (km) dalam mengakses lokasi terdampak. Saat ini, dia menyebutkan, hanya provider XL yang dapat digunakan masyarakat setempat.
Menurut BPBD Kabupaten Luwu Utara, banjir dipicu salah satunya hujan dengan intensitas tinggi. Debit air hujan mengakibatkan Sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada meluap sehingga terjadi banjir bandang. Merespons situasi tersebut, BPBD setempat telah melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait.
Sementara itu, beberapa hari sebelumnya, tepatnya Kamis (9/7) lalu, wilayah Kabupaten Luwu di Provinsi Sulawesi Selatan juga terdampak banjir. Saat itu, 2.970 keluarga terdampak banjir. Enam kecamatan yaitu Kecamatan Larompong, Larompong Selatan, Suli, Bua, Suli Barat dan Ponrang terdampak. Tak hanya merendam perumahan dan bangunan publik lain, genangan juga merusak lahan sawah dan kebun.
Banjir di Kabupaten Luwu telah surut dan warga kembali ke rumah masing-masing.
"Melihat potensi ancaman banjir bandang, Kabupaten Luwu Utara termasuk wilayah yang memiliki bahaya kategori sedang hingga tinggi untuk bencana banjir bandang. Sebanyak 11 kecamatan berada pada kategori tersebut dan jumlah populasi terpapar bahaya banjir bandang mencapai 23.402 jiwa," ujarnya.
Selain itu, dia menyebutkan, Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki 22 kabupaten yang berada pada kategori sedang hingga tinggi untuk potensi bencana banjir bandang. Jumlah populasi terpapar pada sejumlah kabupaten tersebut mencapai 281.724 jiwa. Berdasarkan pantauan BPBD setempat, pihaknya memprediksi cuaca pada Selasa (14/7) masih mendung di hulu sungai. Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berdasarkan dasarian II – III Juli dan I Agustus 2020 masih menunjukkan curah hujan pada kategori menengah hingga tinggi.