RETIZEN -- Penulis: Nadya Rahma*
Iran menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang berani melawan dominasi Amerika Serikat (AS) di kawasan. Ada beberapa alasan mengapa Iran menjadi negara yang berbeda dibandingkan negara-negara lain di Timur Tengah maupun negara Muslim lainnya.
Pertama, Iran tidak pernah gentar melawan setiap kebijakan AS yang selalu memojokkan kepentingan Islam. Dalam kasus intervensi dan bisnis senjata AS di Timur Tengah, Iran terus melawan.
Kedua, dalam kasus Palestina, Iran sangat konsisten. Iran tidak hanya mendukung penuh Palestina, tetapi juga memberikan tekanan terhadap Amerika dan Israel.
Israel menjadikan Iran sebagai ancaman paling serius dibandingkan negara-negara lain termasuk negara-negara Arab dan Turki. Bahkan, dengan Turki, Israel semakin menunjukkan hubungan semakin mesra.
Ketiga, Iran tampil sebagai penyeimbang di kawasan atas perang proksi yang dilakukan banyak pihak.
Iran melakukan aliansi dengan sejumlah negara untuk tampil sebagai penyeimbang meski akhirnya Iran menghadapi embargo serius dari AS dan negara-negara Barat.
Keempat, dalam isu Hagia Sophia, Iran --meskipun memiliki hubungan kurang oke dan saling bersaing dengan Turki-- menyerahkan sepenuhnya urusan itu sebagai masalah dalam negeri Turki.
Iran beranggapan Turki memiliki hak penuh atas fungsi Hagia Sophia, apakah dijadikan masjid, museum, atau gereja.
Kelima, Iran tak gentar terhadap embargo AS. Malah, ekonomi Iran tak juga jatuh dan hancur.
Iran menunjukkan peran yang besar meski terus dibayang-bayangi perpanjangan embargo pada Oktober mendatang akibat dianggap tidak mau bernegosiasi dengan Barat terkait program nuklir.
Iran tidak hanya mandiri sebagai negara baik secara politik maupun ekonomi. Namun Iran memiliki fundamental pengetahuan dan sains yang mumpuni yang membuatnya terus disegani bahkan oleh musuh-musuh Iran seperti AS dan Israel.
Keenam, Iran mestinya saat ini harus memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi untuk menciptakan Timur Tengah yang semakin stabil.
Hubungan baik Iran dan Saudi sangat penting untuk menyatukan kekuatan negara-negara Islam, meskipun itu sangat sulit dilakukan.
Namun demikian, persatuan negara-negara Islam sangat kita harapkan meskipun kita menolak khilafah.
*Nadya Rahma, Rawamangun, Jakarta Timur