REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang sangat besar terhadap seni pertunjukan, khususnya aktivitas menyanyi dan memainkan alat musik tiup. Kedua kegiatan ini dianggap sebagai kegiatan yang berpotensi menimbulkan bahaya selama pandemi.
Alasannya, beberapa kelompok paduan suara di dunia telah menjadi klaster Covid-19. Meski belum ada bukti jelas apakah kasus-kasus ini berkaitan dengan aktivitas mereka, menyanyi dan memainkan alat musik tiup menjadi kegiatan yang dilarang di banyak negara.
Untuk memperjelas hal ini, sebuah studi kolaborasi dilakukan untuk mengetahui apakah menyanyi dan memainkan alat musik tiup memproduksi lebih banyak partikel pernapasan dibandingkan bicara. Selain itu, studi ini juga ingin mencari tahu apakah ukuran dan suhu dalam sebuah venue dapat membuat perbedaan dalam produksi dan akumulasi droplet dan partikel aerosol.
Studi ini merupakan proyek yang dikenal dengan nama "Particulate Respiratory Matter to Inform Guidance for the Safe Distancing of Performers in a Covid-19 Pandemic" atau "Perform". Proyek ini didukung oleh Public Health England dan akan melibatkan tim peneliti dari Imperial College London, University of Bristol, Wexham Park Hospital, NHS Trust Lewisham dan Greenwich, Royal Brompton Hospital, serta ARUP.
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman lebih baik terhadap empat hal. Salah satunya adalah jumlah partikel dan droplet pernapasan aerosol yang muncul saat bernapas, bicara, menyanyi, batuk dan memainkan alat musik tiup.
Tujuan lainnya adalah mengetahui dampak jarak terhadap partikel pernapasan yang ditransmisikan melalui bernapas, bicara, menyanyi, batuk dan memainkan alat musik tiup.
Studi ini juga akan mencari tahu bagaimana panjang pertunjukan, volume, pitch, dan jumlah penampil berkaitan dengan partikel dan droplet pernapasan aerosol yang diproduksi di dalam venue pertunjukan. Selain itu, studi ini juga bertujuan mendapatkan pemahaman mengenai dampak panjang pertunjukan, ukuran, dan ventilasi venue terhadap akumulasi droplet dan partikel pernapasan aerosol di dalam venue.
"Pandemi saat ini telah melumpuhkan industri teater dan musik, dengan kekhawatiran mengenai penyebaran aerosol Covid-19," ujar profesor di bidang ilmu kedokteran pernapasan dari Imperial College London Pallav Shah, seperti dilansir di Medical Xpress, Rabu (15/7).
Studi terbaru ini dinilai Shah dapat menunjukkan apakah kegiatan seperti bernyanyi dan memainkan alat musik tiup dapat menyebarkan partikel aerosol lebih banyak dibandingkan bicara. Hasil studi ini juga dinilai dapat memberikan panduan untuk menggelar kembali pertunjukan seni yang aman selama pandemi Covid-19.
"Dengan menggunakan teknologi yang dikembangkan di Bristol, kami ingin memahami perilaku aerodinamis dari droplet dan partikel airborne dari penyanyi dan musisi," ujar profesor di bidang kimia fisik dari School of Chemistry di University of Bristol Jonathan Reid.
Studi tersebut pun hendak mengetahui bagaimana ukuran dan suhu venue mempengaruhi droplet dan partikel pernapasan aerosol. Reid berharap studi ini dapat memberikan bukti ilmiah yang baik sebagai dasar untuk membuat rencana lebih lanjut penyelenggaraan pertunjukan.
"Untuk memungkinkan tempat pertunjukan seni beroperasi dengan aman untuk penampil dan penonton," kata Reid.