REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan bioteknologi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan memulai uji coba fase ketiga vaksin untuk infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Pada Selasa (14/7), informasi mengenai uji coba diberikan, termasuk tentang panduan bagi sukarelawan vaksin melalui laman clinicaltrials.gov.
"Kami dapat menambah peserta yang ingin berpartisipasi dengan mendaftar melalui situs mulai 21 Juli,” ujar juru bicara Moderna, Ray Jordan, dilansir NBC News, Rabu (15/7).
Moderna menargetkan 300 ribu orang dewasa berpartisipasi dalam uji klinis yang dilakukan untuk menguji apakah vaksin berfungsi untuk mencegah Covid-19. Uji coba juga akan melihat keamanan vaksin.
Peserta dalam uji klinis ini akan menerima vaksin atau plasebo. Mereka akan dipantau selama dua tahun untuk melihat apakah tetap dapat terkena Covid-19 atau memiliki reaksi negatif terhadap vaksin.
Para peneliti juga akan secara berkala mengukur tingkat antibodi peserta. Moderna saat ini telah menerbitkan data dari uji klinis fase I di New England Journal of Medicine.
Uji coba fase I melibatkan 45 peserta, dimaksudkan untuk menguji keamanan obat baru, bukan keefektifannya. Tetapi, Moderna mengatakan, hasil dari seluruh peserta menunjukkan mereka mengembangkan antibodi kunci untuk melawan virus pada tingkat hingga empat kali jumlah yang ditemukan pada pasien yang sakit dan pulih dari virus.
“Ini adalah jenis hasil yang ingin Anda lihat dari uji coba awal," jelas Iahn Gonsenhauser, kepala di bidang Keamanan Pasien dan Kualitas Layanan di Ohio State University Wexner Medical Cente di Columbus.
Gonsenhauser, yang tidak terlibat dengan penelitian vaksin Covid-19, mengingatkan bahwa walaupun temuannya menjanjikan, para ilmuwan belum menunjukkan bahwa antibodi Covid-19 mengarah pada kekebalan. Mengenai berapa lama kekebalan berlangsung juga belum terungkap.
Setiap peserta dalam uji coba vaksin Covid-19 Moderna dilaporkan menerima dua suntikan yang terpisah dengan jarak 28 hari. Peserta diberikan satu dari tiga tingkat dosis, yakni 25 mikrogram, 100 mikrogram, dan 250 mikrogram.
Sementara itu, dalam uji coba fase III, dosis 100 mikrogram akan digunakan. Sejauh ini, efek samping paling umum dari vaksin Covid-19 ini yang dilaporkan adalah kelelahan, kedinginan, sakit kepala, dan terasa lemas.
Dalam sebuah pernyataan, Chief Executive Officer Moderna, Stéphane Bancel mengatakan bahwa perusahaan terus berkomitmen untuk memajukan pengembangan klinis vaksin Covid-19 secepat dan seaman mungkin. Ia mengatakan, perusahaan akan berusaha meningkatkan produksi sehingga dapat membantu mengatasi keadaan darurat kesehatan global saat ini.
Moderna memperkirakan dapat memberikan 500 juta dosis vaksin per tahun, mulai 2021 mendatang. Dalam sebuah tajuk rencana yang diterbitkan bersamaan dengan penelitian tersebut, Penny Heaton, kepala eksekutif Bill dan Melinda Gates Research Institute di Cambridge, Massachusetts menulis bahwa data itu menjanjikan.
Namun, Heaton mengingatkan bahwa ada kompleksitas pengembangan vaksin serta pekerjaan yang masih harus dilakukan sebelum vaksin Covid-19 tersedia secara luas. Biasanya dibutuhkan waktu selama bertahun-tahun untuk mengembangkan vaksin.
Para peneliti di seluruh dunia bekerja pada kecepatan rekor untuk mendapatkan setidaknya satu vaksin Covid-19 dalam waktu satu setengah tahun. Secara global, setidaknya 150 vaksin sedang dalam pengembangan, tetapi sebagian besar masih berada pada tahap studi atau uji klinis paling awal.
Termasuk kandidat vaksin Moderna yang sejauh ini tercatat hanya empat vaksin potensial telah maju ke uji coba fase ketiga. Sementara itu, ada tiga kandidat vaksin Covid-19 lainnya yang sedang diuji di Brasil dan AS, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Food and Drug Administration AS telah mengatakan bahwa vaksin Covid-19 dan penyakit lainnya harus dapat mencegah penyakit atau mengurangi tingkat keparahan infeksi hingga 50 persen pada penderita yang agar dapat disetujui untuk kemudian diproduksi.