REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam Islam, tabir mimpi juga diperbincangkan dan dibahas lebih jauh. Rasulullah SAW sendiri pun mengabarkan makna di balik seseorang yang bermimpi tentang hal yang disukai.
Dalam kitab Mukhtashar Shahih Al-Bukhari karya Nashiruddin Al-Albani dijelaskan sebuah hadis yang membahas tentang makna mimpi baik atau mimpi yang disukai. Bunyi haditsnya yakni:
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Ar-ru’yal-hasanatu as-shalihi (wa fii thariqin: ru’yal-Mukmini) juzun min sittah wa arba’in juz’an minannubuwwah.”
"Mimpi yang baik dari orang yang shaleh (dalam satu riwayat: mimpi orang Mukmin) adalah salah satu bagian dari 46 bagian kenabian.”
Dalam hadits lainnya, Rasulullah bersabda:
إِذَا رَأى أَحدُكُم رُؤْيَا يُحبُّهَا فَإنَّما هِيَ مِنَ اللهِ تَعَالَى فَليَحْمَدِ اللهَ عَلَيهَا وَلْيُحُدِّثْ بِها وفي رواية: "فَلا يُحَدِّثْ بَها إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ، وَإذا رَأَى غَيَر ذَلك مِمَّا يَكرَهُ فإنَّما هِيَ منَ الشَّيْطانِ فَليَسْتَعِذْ منْ شَرِّهَا وَلا يَذكْرها لأَحَدٍ فَإنَّهَا لا تضُّره
“Idza ra-a ahadukum ru’ya yuhibbuha fainnama hiya minallahi, falyahmadillaha alaiha, wal-yuhadditsbiha, wa idza ra-a ghaira dzalika mimma yakrahu, fa innama hiya minassyaythani fal-yasta’idz min syarriha, wa la yadzkurha li-ahadin fainnaha laa tadhurruhu.”
Yang artinya: “Jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang disukai, sesungguhnya mimpi itu dari Allah. Hendaknya dia mengucapkan kalimat syukur kepada Allah dan dia bicarakan mimpi tersebut kepada orang lain. Jika dia melihat mimpi yang selain itu yang dia benci, berarti mimpi itu dari setan. Hendaknya dia meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi itu dan jangan memberitahukan mimpi tersebut kepada seorang pun. Karena sesungguhnya mimpi yang seperti itu tidak membawa bahaya.”