Rabu 15 Jul 2020 15:25 WIB

Akibat Covid-19: Orang Miskin Nambah, Ketimpangan Meningkat

Tingkat ketimpangan masyarakat di Indonesia semakin tinggi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ketimpangan sosial  (Ilustrasi)
Ketimpangan sosial (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2020 bertambah menjadi 1,63 juta orang menjadi 26,42 juta orang akibat pandemi virus corona. Naiknya jumlah penduduk miskin diikuti peningkatan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Tak hanya itu, gini ratio atau tingkat ketimpangan masyarakat di Indonesia pun semakin tinggi. Kepala BPS, Suhariyanyo, memaparkan, gini ratio secara nasional pada Maret 2020 sebesar 0,381 poin atau naik tipis dari posisi September 2020 sebesar 0,380 poin.

Baca Juga

Lebih detail, gini ratio di perkotaan naik dari 0,391 poin menjadi 0,393 poin dan di perdesaan naik dari 0,315 menjadi 0,317.

Ia juga menyampaikan, peningkatan gini ratio terjadi di DKI Jakarta yakni naik 0,008 poin sedangkan penurunan tertinggi di Kalimantan Timur sebesar 0,007 poin.n Namun secara umum mayoritas provinsi di Indonesia mengalami kenaikan gini ratio.

"Kenapa terjadi (kenaikan)? Karena pandemi Covid-19 membuat pendapatan seluruh lapisan masyarakat turun. Lapisan masyarakat bawah lebih tajam penurunannya dibandingkan lapisan atas," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Rabu (15/7).

Ia mengatakan, dari hasil survei BPS yang menunjukkan adanya kenaikan dari berbagai indikator kemiskinan, dapat disimpulkan bahwa Covid-19 secara nyata menyebabkan angka kemiskinan meningkat.

Pennduduk hampir miskin menjadi kelompok yang paling terdampak karena sebagian besar bekerja di sektor informal. Selain itu, kasus Covid-19 yang lebih banyak terjadi di Jawa dan Bali pun menjadi wilayah yang paling banyak berada penduduk hampir miskin.

"Hal ini akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement