Rabu 15 Jul 2020 16:27 WIB

Pemkot Solo akan Uji Swab Pedagang Pasar Harjodaksino

Seorang pedagang di pasar Harjodaksino meninggal akibat Covid-19. 

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Aktivitas petugas melakukan Swab Test Covid-19 gratis di tenda tertutup yang digelar BNI, di Balai Kota Bandung, Sabtu (11/7). Sebanyak 500 orang dari sejumlah kecamatan yang mempunyai riwayat status Covid-19 mengikuti swab tes.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Aktivitas petugas melakukan Swab Test Covid-19 gratis di tenda tertutup yang digelar BNI, di Balai Kota Bandung, Sabtu (11/7). Sebanyak 500 orang dari sejumlah kecamatan yang mempunyai riwayat status Covid-19 mengikuti swab tes.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bakal melakukan uji usap (swab) secara polymerase chain reaction (PCR) kepada 200 pedagang di Pasar Harjodaksino yang berlokasi di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan. Hal itu menyusul adanya seorang pedagang di pasar tersebut yang meninggal akibat terpapar Covid-19. 

Pemkot juga telah menutup Pasar Harjodaksino sejak Selasa (14/7) sampai sepekan ke depan. Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi, menargetkan melakukan uji usab sebanyak 200 sampel pedagang Harjodaksino. 

Baca Juga

Para pedagang tersebut akan langsung diuji usap tanpa melalui uji cepat atau rapid test. "Prioritas di sekitaran pedagang yang meninggal itu. Termasuk akses masuknya pedagang itu dari mana itu bagian prioritas," kata Heru kepada wartawan, Rabu (15/7).

Ihwal jadwal uji swab, Heru mengaku masih menunggu jadwal dari BNI selaku penyumbang biaya uji usab PCR melalui bantuan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). BNI menyumbang untuk uji usap sebanyak 1.200 sampel. "Nanti kuotanya diambilkan dari bantuan 1.200 itu," ucapnya.

Nantinya, hasil uji usap tersebut akan menjadi bahan pertimbangan Pemkot dalam menentukan kebijakan selanjutnya bagi pedagang Pasar Harjodaksino. Hal itu juga sebagai antisipasi munculnya klaster baru penyebaran Covid-19 yakni klaster pasar.

"Saya sampaikan ke paguyuban dan pedagangnya jangan sampai muncul klaster baru di Solo berasal dari pasar. Ini belum klaster. Klaster itu kalau nanti hasil swab keluar prersentasenya, makanya ayo bersama-sama dibenahi supaya tidak menjadi klaster," papar Heru.

Terkait penutupan pasar tersebut, Heru menegaskan artinya kegiatan pasar tutup dan semua pedagang melakukan karantina mandiri di rumah serta tidak melakukan aktivitas sesuai surat dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 selama tujuh hari.

Heru menyatakan, selama ini pedagang yang berjualan di dalam Pasar Harjodaksino tertib terhadap aturan Pemkot. Hanya saja sejumlah pedagang masih menggelar lapak sampai ke Jl Ir Soekarno, Sukoharjo. Namun, pedagang tersebut sebenarnya bukan pedagang yang berjualan di dalam Pasar Harjodaksino, melainkan pedagang Jl Dewi Sartika di samping pasar tersebut.

Heru juga tidak memperbolehkan pedagang berjualan secara daring tetapi masih pergi ke pasar untuk mengambil dagangan. Dia justru mempersilakan para pedagang membawa pulang dagangannya dan berjualan di rumah masing-masing.

"Silakan dagangannya dijual di rumah, kalau ada dagangan yang keburu busuk segera bawa pulang. Pedagang harus ikut membantu Pemkot karena Pemkot berupaya menyelamatkan semua yang beraktivitas di Solo, tidak hanya penduduk Solo," ujarnya.

Di sisi lain, Pemkot menyoroti pedagang kaki lima (PKL) shelter yang dianggap belum menerapkan protokol kesehatan secara penuh. Sebab, pengunjung duduk di tikar secara bejubel. 

Heru meminta kepada para paguyuban PKL agar menambah tikar supaya pembeli duduknya bisa longgar. "Kami juga memaklumi luasan tikar segitu. Coba kalau sarana prasarana tikar terpenuhi pasti para pengunjung taat," pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement