REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kembali mengutarakan penolakan atas rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat. Hal itu pun disampaikan Johnson saat melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa (14/7).
Kantor perdana menteri Inggris mengatakan selama berbincang dengan Abbas, Johnson menawarkan dukungannya untuk mendorong dialog di Timur Tengah. Namun, posisi Inggris tak berubah, ia tetap menolak pencaplokan Tepi Barat.
"Dia (Johnson) menegaskan kembali komitmen Inggris terhadap solusi dua negara dan penentangan kami terhadap proposal aneksasi di Tepi Barat," kata seorang juru bicara Downing Street dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Jewish News.
Johnson mendorong Abbas terlibat dalam dialog. "Para pemimpin sepakat untuk terus bekerja sama dalam masalah ini dan lainnya," ujar juru bicara Downing Street tersebut.
Awal bulan ini, dalam sebuah opini untuk surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, Johnson memperingatkan pencaplokan Tepi Barat ilegal karena melanggar hukum internasional. Di sisi lain, langkah itu membahayakan hubungan Israel dengan dunia Arab dan Muslim.
"Saya sangat berharap agar pencaplokan tidak berlanjut. Jika itu terjadi, Inggris tidak akan mengakui perubahan pada garis 1967, kecuali yang disepakati antara kedua belah pihak (Israel-Palestina)," tulis Johnson.
Dalam perang Timur Tengah 1967, Israel merebut Tepi Barat dari Yordania. Masyarakat internasional menganggap lebih dari 210 pemukiman Israel di sana ilegal.