REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, kinerja ekspor Juni 2020 mengalami kenaikan sebesar 24,77 persen dibanding bulan sebelumnya (mtm). Yaitu dari 1,11 miliar dolar AS menjadi 1,39 miliar dolar AS.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, kenaikan ekspor tersebut terjadi karena adanya peningkatan baik sektor migas maupun nonmigas. Pada sektor nonmigas, peningkatan tertinggi terjadi pada komoditas tembakau.
Peningkatan ekspor tembakau mencapai 59,21 persen. "Tembakau kenaikan tertinggi, dari 32,40 juta dolar AS, menjadi 51,58 juta dolar AS," ujar Dadang saat menggelar konferensi pers melalui daring, Rabu (15/7).
Dadang menjelaskan, ekspor tembakau terbanyak dikirim ke Malaysia dengan total transaksi sebesar 4,57 juta dolar AS. Disusul ke Jepang 3,45 juta dolar AS, dan Korea Selatan 1,61 juta dolar AS. Sisanya ke negara-negara di kawasan Amerika, Eropa, dan Asia.
"Yang menyumbang kenaikan lainnya adalah ekspor perabotan rumah tangga dan permata," ujar Dadang.
Dadang merinci, untuk perabotan rumah tangga naik 49,71 persen. Yaitu dari 32,23 juta dolar AS menjadi 48,25 juta dolar AS. Sedangkan ekspor perhiasan naik 18,09 persen, dari 69,68 juta dolar AS pada Mei 2020 menjadi 82,17 juta dolar AS pada Juni 2020.
Meski demikian, kata Dadang, meningkatnya ekspor pada Juni 2020 belum mampu menyelematkan neraca perdagangan Jatim. Masih ada defisit sebesar 0,14 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan impor Jatim pada Juni 2020 yang masih tinggi, yakni sebesar 1,53 miliar dolar AS. Meningkat 21,01 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya 1,26 miliar dolar AS.
Dadang mengungkapkan, impor migas pada Juni 2020 memang mengalami penurunan sebesar 12,64 persen. Yakni dari 153,45 juta dolar AS menjadi 134,06 juta dolar AS. Namun, impor non migas mengalami kenaikan sebesar 25,66 persen. Yaitu dari 1,11 miliar dolar AS menjadi 1,39 miliar dolar AS.
"Menurut HS dua digit, yang mengalami peningkatan cukup tinggi adalah komoditas buah-buahan 77,85 persen, dari 47,04 juta dolar AS di Mei 2020 menjadi 83,43 juta dolar AS di Juni 2020," ujar Dadang.
Peningkatan impor Jatim juga didorong komoditas gandum-ganduman yang naik sebesar 74,07 persen. Yaitu dari 57,56 juta dolar AS menjadi 100,02 juta dolar AS. Kemudian mesin dan peralatan listrik yang meningkat sebesar 69,42 persen, atau 70,81 juta dolar AS.