REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Seorang anak laki-laki di Arab Saudi meninggal dunia di rumah sakit setelah menjalani tes swab. Rupanya alat swab tersebut tertinggal di dalam hidungnya.
Seperti dilansir dari English Alarabiya pada Rabu (15/7), anak tersebut dilarikan ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi. Oleh staf medis, anak tersebut mendapatkan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab demamnya dengan melakukan tes Covid-19.
"Dia tidak menderita penyakit kronis atau berbahaya. Dia mengeluh demam pada Jumat malam dan kami membawanya ke Rumah Sakit Umum Shaqra bersama ibunya," kata Mosaed al-Joufan selaku paman anak tersebut, dilansir dari English Alarabiya, Rabu (15/7).
Joufan menuturkan, setibanya di rumah sakit dokter memutuskan melakukan swab hidung meskipun hanya demam tinggi dan tidak ada keluhan lainnya. Setelah itu, swab tersebut patah di dalam rongga hidung kemenakannya, sehingga dokter memutuskan memberikan anestesi umum untuk mengambil swab yang rusak dari hidung anak.
"Sekitar pukul satu dini hari, mereka memberi tahu saya bahwa operasi telah selesai dan dokter dapat mengambil swab," kata Joufan.
Setelah itu, Joufan meminta agar perawat untuk dokter spesialis tersebut memeriksa kondisi anaknya yang baru selesai operasi. Joufan ingin memastikan kondisi kemenakannya, apakah alat tersebut telah diambil sepenuhnya dan tidak ada pendarahan ataupun kesulitan pernapasan.
Tetapi, perawat tersebut justru mengatakan bahwa dokter tidak berada di tempat sehingga meminta Joufan dan ibu anak laki-laki itu menunggu.
"Jam sembilan pagi, anak itu kehilangan kesadaran dan staf medis menemukan bahwa ia tidak bernapas dan melakukan CPR," kata Juofan.
“Saya kemudian datang ke rumah sakit dan meminta dokter spesialis untuk datang," katanya.
Ahli radiologi melakukan X-ray yang menunjukkan bahwa (ada) penyumbatan saluran napas di salah satu paru-paru.
Joufan kemudian meminta agar kemenakannya dibawa ke rumah sakit spesialis di Riyadh. Sayangnya, ambulans yang ditunggunya baru datang satu jam kemudian.
Lantaran ambulans datang telat, kemenakannya dinyatakan meninggal dunia.
Joufan lantas mengajukan formulir yang meminta penyelidikan terkait penyebab kematian kemenakannya yang tak terduga itu. Juga untuk menyelidiki prosedur yang dilakukan staf medis dalam menangani kasus keponakannya.
"Saya menunggu hukuman dari orang yang bertanggung jawab atas kematian anak itu," kata al-Joufan.