REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman, berkisah tentang seluk beluk dakwah di klub malam atau yang lebih dikenal dengan Gus Miftah mengatakan, pada saat memasuki bulan Ramadhan 1441 Hijriyah yang lalu, salah satu perwakilan dari pekerja klub malam menghubungi dirinya. Dia mengutarakan keinginan teman-temannya untuk bersedekah, agar dapat menolak bala dari musibah Covid-19.
"Ketika masuk Ramadhan perwakilan karyawan telepon saya, 'Gus Miftah kondisi belum berakhir, kita masih diuji Allah SWT dengan Covid-19, dulu Gus Miftah pas ceramah bilang sedekah bisa menolak bala'," kata Gus Miftah dalam Program Ngobrol Pintar (Ngopi) di MUI live streaming lewat Youtube TV MUI, Rabu (15/7) malam.
Gus Miftah menjelaskan, sebelumnya ia pernah pergi berdakwah ke sebuah klub malam di Jakarta yang menaungi hingga 900 pekerja wanita. Menurutnya, klub malam tersebut bukan hanya terbesar di Jakarta, namun juga di Indonesia. Namun dengan adanya pandemi Covid-19, kegiatan mereka terhenti.
Para pekerja seks komersial (PSK) berhenti bekerja, begitu juga dengan para manajemen. Untuk dapat menghentikan musibah tersebut, mereka pun menghubungi Gus Miftah dengan niat untuk memberikan sedekah melalui dirinya.
"Mereka kirim iuran untuk diberikan kepada penerima, saya menangis Rp 50 juta untuk diberikan kepada penerima, saya menangis, betul-betul menangis. 'Walaupun kami dianggap bobrok sebagai manusia, tapi kami juga ingin dijauhkan dari bala," ucap Gus Mitah.
Menurut Gus Miftah, walaupun mereka melakukan kemungkaran, akan tetapi masih ada hati nurani dalam diri mereka. Dia tidak melihat nilai sumbangan, namun dari siapa dan diberikan kepada siapa.
Adapun Gus Miftah kerap berdakwah di tempat yang berbeda dari biasanya, seperti di lokalisasi prostitusi dan klub malam. Dia mengaku sudah pernah memasuki semua klub malam yang ada di Indonesia, bukan hanya di Jakarta tapi seluruh Tanah Air.