REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kartel narkoba dan kelompok pemberontak di Kolombia menerapkan peraturan karantina wilayah atau lockdown dengan gaya mereka sendiri. Human Rights Watch (HRW) mengecam karena mereka menembaki, bahkan membunuh warga yang tak mematuhi “hukum” buatannya.
Di Tumaco, kota pelabuhan yang miskin, geng melarang warga memancing atau mencari ikan. Hal itu menyebabkan warga di sana kian kesulitan memperoleh uang dan makan.
Jam malam diterapkan sedari pukul 17:00. Hal itu lebih ketat dibanding yang diberlakukan pemerintah. Para pedagang kaki lima terpaksa tak membuka lapak mereka akibat peraturan tersebut.
Di daerah-daerah lain, peraturan yang diterapkan kartel dan kelompok bersenjata lebih ekstrem. Warga dilarang meninggalkan rumah, bahkan jika mereka hendak berobat. Di provinsi Cauca dan Guaviare, geng bersenjata membakar sepeda motor milik penduduk yang mengabaikan peraturan lockdown.
“Mereka telah menutup transportasi antar-desa dan ketika seseorang dicurigai memiliki Covid-19, mereka disuruh meninggalkan daerah itu atau mereka akan dibunuh. Orang-orang tidak punya pilihan selain menaati karena mereka tidak pernah melihat pemerintah di sini,” kata seorang tokoh masyarakat di Provinsi Putumayo saat diwawancara The Guardian, dilaporkan pada Rabu (15/7).
Pada 8 Juni, seorang pemimpin komunitas dan aktivis bernama Edison Leon Perez dibunuh di kota San Miguel Putumayo oleh La Mafia, geng perdagangan narkoba yang terafiliasi dengan paramiliter kanan. Perez dihabisi beberapa hari setelah dia meminta otoritas setempat menangani peraturan lockdown yang diterapkan geng tersebut.
Selain Perez, setidaknya delapan warga sipil telah dibunuh akibat lockdown yang diberlakukan kartel dan kelompok bersenjata di Kolombia. Direktur HRW Amerika Jose Miguel Vivanco meminta pemerintahan Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez mengambil langkah-langkah untuk melindungi warga yang berada di bawah tekanan kelompok bersenjata dan kartel selama penerapan lockdown.
“Hukuman ‘kejam’ yang diterapkan kelompok-kelompok bersenjata untuk mencegah penyebaran Covid-19 berarti bahwa orang-orang di komunitas terpencil dan miskin di seluruh Kolombia berisiko diserang, bahkan dibunuh jika mereka meninggalkan rumahnya. Pemerintah harus segera meningkatkan upaya untuk melindungi masyarakat ini, memastikan mereka memiliki makanan dan air yang memadai serta melindungi kesehatan mereka dari efek Covid-19,” kata Vivanco.
Seperti sebagian besar negara Amerika Selatan lainnya, Kolombia harus bersiap menghadapi pandemi Covid-19 terburuk. Saat berita ini ditulis, negara tersebut memiliki lebih dari 165 ribu kasus dengan kematian mencapai 5.814 jiwa. (Kamran Dikarma)