REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka penduduk miskin di Indonesia naik 1,63 juta orang menjadi 26,42 juta orang per Maret 2020. Beras disebut menjadi komoditas yang paling berperan dalam garis kemiskinan.
Beras berperan karena menjadi bahan pangan utama masyarakat sehingga amat sensitif jika harga mengalami fluktuasi. BPS pun mencatat, harga beras pada periode September 2019 - Maret 2020 juga mengalami kenaikan rata-rata 1,78 persen.
Sekretars Perum Bulog, Awaluddin Iqbal, menuturkan, pada periode tersebut harga beras memang mengalami kenaikan. Sebab, bertepatan dengan masih berlangsungnya periode musim tanam Oktber 2019 - Maret 2020 dan baru diperoleh panen raya pada akhir bulan Maret.
"Disitulah fungsi Bulog untuk melakukan stabilisasi harga dan kita sudah mengeluarkan beras dalam jumlah besar. Ini artinya memang (cadangan) beras kita dibutuhkan," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Kamis (16/7).
Sebagaimana diketahui, Perum Bulog memiliki fungsi stabilisasi harga beras di hilir. Bulog juga ditugaskan untuk menyimpan stok di gudang dalam rentang 1 - 1,5 juta sebagai cadangan pemerintah untuk stabilisasi harga bila diperlukan,
Awaluddin mengatakan, hingga kini pasar beras pun masih terbuka dan bakal memerlukan tambahan suplai. Pasalnya, pandemi Covid-19 secara otomatis meningkatkan permintaan beras. Salah satunya dengan banyaknya program bantuan-bantuan sosial yang dibuka oleh pemerintah.
Hingga 15 Juli 2020, volume penyaluran beras dalam program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) mencapai 819.891 ton. Sementara, di tahun lalu realisasi KPSH per akhir Juli 2020 baru mencapai 248.000 ton. Ia mengatakan, Bulog akan tetap berupaya menjaga stabilisasi harga karena memiliki cadangan stok yang cukup besar.