Kamis 16 Jul 2020 16:34 WIB

Soal Kenaikan Ekspor, Sektor Pertanian Harus Diperhatikan

Ekspor pertanian bisa lebih meningkat tajam jika didukung oleh anggaran yang memadai

Red: Hiru Muhammad
Petani memanen padi menggunakan mesin potong padi modern di areal persawahan Desa Bulakpacing, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/7/2020). Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam di musim tanam kedua (MT-II) tahun ini atau pada periode April-September 2020 bisa mencapai 5,6 juta hektare dan diperkirakan produksi beras yang dihasilkan bisa mencapai 12,5 juta hingga 15 juta ton.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Petani memanen padi menggunakan mesin potong padi modern di areal persawahan Desa Bulakpacing, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/7/2020). Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam di musim tanam kedua (MT-II) tahun ini atau pada periode April-September 2020 bisa mencapai 5,6 juta hektare dan diperkirakan produksi beras yang dihasilkan bisa mencapai 12,5 juta hingga 15 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat Pertanian yang juga Ketua Harian DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmaja, mengatakan suatu kekeliruan yang sangat besar jika tidak memberikan perhatian yang serius terhadap sektor pertanian.

Menurut Entang, kekeliruan itu terbukti setelah hitungan Badan Pusat Statistik memperlihatkan adanya kenaikan lalu lintas ekspor yang cukup signifikan. Hal ini, kata Entang, sudah cukup memberi bukti bahwa keragaman ekspor sektor pertanian 2019-2020 betul-betul menunjukkan keandalannya.

"Mestinya semua pihak belajar dari pengalaman. Waktu krisis multy-dimensi tahun 1997/1998, dari semua sektor, hanya pertanian yang tumbuh positiof dan sektor lainnya malah cenderung negatif," kata Entang, Kamis (16/7).

Lebih lanjut Entang menilai, ekspor pertanian bisa lebih meningkat tajam jika didukung oleh anggaran yang memadai (APBN dan APBD). Namun kenyataanya, anggaran untuk sektor pertanian dipatok tidak lebih dari 5 persen.